Wednesday, November 9, 2011

Mama, You're More Than Words

Aku panggil beliau dengan sebutan Mama, biasanya Mama cayang.
Mama di mataku itu... mmm... you know, there is no word that compatible to discribe her in my eyes! She is more than amazing, more than wonderfull, more than... words. Ini adalah sedikit kisahku dengan Mama yang tak akan lekang oleh waktu, maksudnya ga bakalan bisa aku lupa!



Dulu waktu aku kelas dua SD aku pernah berpikir bahwa Mamaku itu cenayang, meski waktu itu aku juga ga ngerti apa itu cenayang, haha, pokoke sing iso ngelihat masa depan. Jadi ceritanya aku mau EHB, trus aku ga tau mana yang harus di pelajari, Mama cuma melihat sepintas ke buku pelajaranku lalu beliau menyuruhku membaca halaman-halaman yang sudah beliau tandai, dan besoknya semua soal yang keluar sesuai dengan apa yang aku pelajari semalam. Alhasil, Rangking 1 pun di tangan. Cenayang kan Mamaku??? haha... Sampai sekarang aku masih belum habis pikir bagaimana Mama bisa tau kisi-kisi ujian itu???

Mama itu bagai air bagiku... 
Layaknya air yang menghapus dahagaku, hanya dengan melihatnya saja seolah beban hidupku terangkat. Entah mengapa hanya Mama yang bisa membuatku menangis sementara aku bisa menahan tangisku di depan orang banyak, dan entah mengapa pula hanya Mama yang bisa membuatku tersenyum sementara aku kecut menghadapi orang banyak. Contoh kecil, pernah aku kehilangan handphone baru yang kubeli dari hasil kerjaku sendiri. Aku mencarinya dengan panik, dalam hati aku takut mengecewakan Mamaku. Tapi ketika orang lain bertanya, aku tersenyum dan bilang bukan masalah. Begitu aku telepon Mama, beliau berkata, "Gapapa, nak. itu artinya ada yang lebih butuh handphone kamu dari pada kamu, ikhlaskan saja, nanti Allah ganti lebih banyak lagi!". Maka merebaklah air mataku.

Mama itu... alasanku berdoa...
Dulu waktu kecil, ketika aku belum tahu apa pentingnya berdoa, ketika aku belum tahu bagaimana rasanya doa yang terkabul, aku berdoa. Ada suatu lomba, yang aku ingin banget memenangkannya. Tapi entah mengapa aku berpikir kalau aku hanya berdoa, "Ya Allah bantu aku agar bisa menang" Allah tak akan meladeni doaku, rasanya doa itu biasa saja dan kurang special. Maka, dalam perjalanan menuju tempat lomba aku pun mengubah isi doaku, "Ya Allah, Diah mau banget bisa menang, mau buat Mama yang selalu Diah repotin bisa tersenyum senang, mau buat Mama bangga, sekali ini Ya Allah, tolongin diah!". Dan Allah Sang Maha Pendengar dan Pengabul doa itu pun mengabulkannya,  bahkan bukan hanya sekali, jadilah aku Juara I dalam lomba itu. Bahkan Allah sayang Mamaku.

Mama itu enzim yang bisa memperlancar masa depanku... (bingungkan anda semua???)
Dulu, jaman kelas 3 SMA, dimana UI dan ITB jadi trending topic paling hangat diantara kita para ababil SMA, aku niat banget masuk ITB. Belajar gila-gilaan, sholat tahajut tiap malem, sholat hajat juga, trus tiap pagi sebelum berangkat sekolah bilang ke Mama, "Ma, jangan lupa doain Diah biar masuk ITB, yah!!! Jangan lupa!". Dan Mama hanya tersenyum simpul...
Waktu itu nama ujian masuknya SPMB, dan setelah mengecek semua nama di Koran KOMPAS, tak ada satu pun namaku di sana. Namun alhamdulillah aku di terima Di STAN. Aku bertanya pada Mama, "Mama gak doain Diah, ya???"
"Doain, kok!"
"Gimana emang doanya???"
Mama tersenyum, "Ya Allah, berilah anakku ini kekuatan agar segala kesulitannya jadi mudah, Berilah ia Universitas pilihan terbaik menurutMu, yang ia bisa masuk dengan mudah, yang bisa ia jalani dengan mudah, dan ia bisa dengan mudah pula lulusnya, dan satu lagi, yang hamba bisa membiayainya dengan mudah pula hingga ia lulus, Ya Allah, amiinnn... gitu, nak!"
Aku diam, perlahan masuk kamar dan menangis.
Dan tahukah kalian siapa yang mengantri atas namaku beratus-ratus meter  panjangnya dari jam 8 pagi hingga jam 2 siang untuk mendaftar ujian di Kampus STAN Jurangmangu??? Ya, Dialah Mamaku. Saat itu aku harus mengikuti ujian lainnya, dan karena itu hari terakhir pendaftaran, Mamaku pasang badan menggantikan aku! Aku pun dapat masuk STAN dengan mudah, menjalaninya dengan mudah, lulus dengan mudah, mama bahkan tak perlu susah-susah membiayainya, plus, alhmadulillah aku juga dimudahkan dapat pekerjaan. Aku sudah bekerja di usiaku yang baru 18 tahun sebagai Pegawai Tetap.



Mamaku itu lebih kuat dari Xena The Warrior Princess.
Bukan fisiknya lho yaaaaa... Tepat setahun lalu adikku tersayang berpulang ke Rahmatullah karena leukimia. Ia meninggal sebulan setelah di vonis mengidap leukimia dengan harapan hidup 3% saja. Yang alhamdulillahnya, selama tujuh belas tahun adikku hidup, tak sekalipun ia sakit yang berarti. Begitu mendengar anaknya leukemia, perlahan-lahan mama mencari apa arti penyakit itu, ketika tahu, tak sedikitpun Mama menangis, juga menyerah, apalagi dihadapan adikku yang juga kekeuh ga mau nangis hingga ajalnya tiba. Tiga hari tiga malam sebelum meninggal Mama menemani adikku di rumah sakit tanpa pulang untuk istirahat satu jam pun. Adikku meminta mama untuk terus bertausyah padanya, menceritakan bagaiman Allah menyayanginya, bagaimana janji Allah pada orang yang sabar... sampai akhirnya sebelum menutup mata selamanya adikku berkata, "Mah, Allah sayang sama Dita, kan, ya???". Dengan mantap Mama berkata, "Sayang Nak, Allah sayang sekali sama Dita!". Adikku pun pergi dengan mengucap AllahuAkbar... Sampai sekarangpun tak kulihat Mama menangis walau sedang mengenang tingkah adikku tersayang itu. 

Mungkin lebai kalau bilang Mamaku paling hebat sedunia, karena semua anak akan berkata demikian... tapi memang cuma beliau yang rendang padangnya, sop iganya, tupat sayurnya, kalio ayamnya yang paling enak di dunia. Kalau beliau tersenyum, InsyaAllah urusanku akan lancar esok hari, kalau beliau tiba-tiba masam wajahnya karena tingkahku, hati-hatilah aku esok hari... hehe.

Bagiku beliau itu kunci suksesku dunia dan akhirat! (She is still more than words!!!)