Thursday, May 26, 2011

Senyum itu...

kala malam ingatan inilah yg selalu datang menjelang tidurku...

Kuterengah berlari di lorong, tak kupedulikan peluhku.
Pintu bangsal terbuka, dan akupun melangkah masuk.

Dua dipan, yg satu, paling dekat pintu, tak berpenghuni. Yang satu, di balik gorden pembatas yg tersingkap, duduklah adikku ditepi.

Ia menghadap jendela yang memancarkan cahaya matahari lembut, membuat sosoknya yg terduduk tanpa daya bagai siluet. Rambut hitam panjangnya di ikat menjadi sanggul sederhana yg sudah kusut dan lepek.

Kudekati ia, tak pernah sosoknya yg selalu kudapati ceria dan penuh semangat hidup ala remaja putri begitu kuyu seperti kembang layu begini.

Kakiku menjadi berat, tak sanggup melangkah lagi, tak sanggup kulihat wajahnya, namun aku ingin melihatnya, ingin bersamanya.

Derap langkah kakiku yg lemas menggugahnya, ia pun berpaling ke arahku.

"Mbak Diah? Bukannya lagi kerja di bogor? Mbak kesini mau nemenin Dita, ya???"

Ya Allah, wajahnya begitu kuyu, bibir mungilnya begitu pucat, dan matanya begitu lelah. Ia tak mirip adikku.

Namun kulihat itu, senyuman itu... Di dunia hanya dia yang punya, senyum polos tanpa dosa khas Dita, senyum penuh semangat dan optimisme, senyum sok imut penuh keceriaan...

Ya Allah, bahkan leukimia tak bisa merenggut senyuman itu dariku...