Tuesday, January 25, 2011

Sisi Lain Kebun Raya Bogor

Ada yang belum pernah main-main ke Kota Bogor??? Ckckck, kalau ada, bener-bener keterlaluan. Secara Bogor deket banget githu loh dari Jakarta (Sindiran ini hanya berlaku bagi mereka yang tinggal di Jakarta saja :D). Bagi yang tinggal di Jakarta Selatan, cukup naik Bus dari terminal Lebak Bulus yang beranama Agramas, busnya fully berwarna merah, ongkosnya cuma Rp. 11.500,- sekali jalan.

Ada yang belum pernah main ke kebun Raya Bogor??? Ckckck, kalau ada gue cuma mau bilang kemana ajah mbak, mas, oom, tante? hari gini belum pernah ke Kebon Raya!! (Masa kecilnya pasti kurang bahagia!! Sotoi mode: ON!)

Kali ini gue sebagai penghuni bogor selama lebih dari tiga tahun ini mau bercerita tentang Kebon Raya yang jadi Trademark-nya kota bogor.

Biasa, anak perantauan (asal Jakarta ngantor di Bogor tetep dapet julukan perantau, lho!) kalo lagi minggu-minggu gini kagak mudik ke kampung (baca: Jakarta) gue biasanya nge-mall di Botani Square. Tapi berhubung Sepupu ama ponakan gue tiba-tiba nongol di Bogor, mau jalan-jalan sih ngakunya. Terpaksa gue jadi guide mereka. Kemana kita??? Kalo anda di bogor, tujuan pertama pasti kebon raya, kuliner, dan ngubek-ngubek FO. 

Kuliner dan ngubek-ngubek FO nanti ajah, sekarang gue mau nulis tentang The Exotic Botanical Garden Of Buitenzorg a.k.a Kebon Raya Bogor.

Kalo orang normal atau umum kebanyakan memilih masuk ke Kebon Raya dari Gate Utama yang besar yang terletak di depan Pasar Bogor dan bersebelahan dengan Museum Zoologi. Kalau gue kurang hobby dengan Gerbang Utama. Gue lebih menyukai gerbang kecil yang berada di sisi kanan Kebon Raya yang  berada di Jalan IR. Juanda, atau persisnya di samping Kantor Pos Bogor yang jadi lokasinya Lukman Sardi berperan sebagai Ikal dalam Film Sang Pemimpi. Ingetkan adegan dimana Lukman Sardi sempet jadi tukang pos??? 

Ga mantap kalo udah nyampe di Bogor, dan bentar lagi mau memasuki area Kebon Raya Bogor kalo ga membeli satu cup ES DURIAN. Harga per cup-nya beda-beda, tergantung dimana lo belinya. Kalau di pasar anyar satu cup-nya gocengan, kalo beli di depan FO tujuh ribuan. Nah, kalo belinya di depan gate kecil yang ga begitu ramai ini, harganya Rp. 6.000,- Karena masih sepi dan abangnya juga baru buka sepertinya, kami minta tambahan ektra durian yang dengan senang hati dikasih ama abangnya (Mungkin faktor muka kita-kita nu geulis pisan kali, yaaa.... makanya abangnya jadi baik hati!!! :D)

Lanjot, memasuki gerbang jangan lupa beli tiket. Htm/orang kalo jaman gue bikin buku tahunan dulu (sebenarnya baru beberapa tahun yang lalu, kok!!) cuma goceng, sekarang kudu bayar Rp. 10.000,-. Inflasi, man. Emang cuma harga emas ajah yang boleh naik???

Yang gue suka dari masuk kebon raya lewat gate ini adalah bahwa kita bisa langsung menemukan jalan setapak masuk ke hutan yang jarang dilalui orang. Orang normal biasanya nyuekin jalan setapak ini, karena selain becek, gelap, dan creepy, jalan setapak itu benar-benar seperti jalan memasuki hutan belantara. Suasananya membuat orang bergidik melihat ratusan pohon bambu dan pohon-pohon tua besar menaungi jalan setapak itu.

Bukannya kita ga normal, ya!!! Tapi emang kita bukan orang biasa, wekekeke.

Dengan takut-takut sambil mulut komat-kamit baca-baca dzikir kita melangkahkan kaki ke jalan setapak itu. Makin ke dalam suasana makin remang. pohon-pohon makin lebat dan jalan menjadi bercabang. kekanan dan ke kiri. Baik ke kanan ataupun ke kiri dua-duanya tidak ada yang meyakinkan, creepy semua!!! Awalnya kita mau mengambil langkah ke arah kanan. tapi tiba-tiba  gue menangkap sebentuk taman dari kejauhan. Dari tempatku berdiri, taman itu tidaklah seperti taman kebanyakan. Ada beberapa bentukan seperti bangku taman yang serpertinya bukanlah ukiran bangku taman jaman sekarang. Dari jauh taman itu seperti taman jaman bahela. Buatan Kompeni, mungkin?

Kamipun memutuskan untuk mendekati taman tersebut, yang ternyata makin di dekati, makin jelaslah bentuknya. Yang semula gue sangka bangku taman ternyata bukan. Those were gravestontes. What???

Ternyata sodara-sodara, itu adalah makam belanda!!! Keren banget deh, sekaligus creepy. Berhubung waktu foto-foto pake kamera kakak sepupu gue dan doi lagi jauh di sana, gue ga bisa tampilin dokumentasi versi gue. But it wasn't an HOAX!!! Gue cariin gambar dari mbah google. Here we go!!



















Di papan itu lengkap banget informasinya. Berdasarkan informasi tersebut gue tahu ternyata makam itu bahkan sudah ada sebelum kebun raya didirikan tahun 1817. Makam Cornelis Potsman seorang ahli kimia Belanda tahun 1784. It has been soooooo loooooong and ancient!

Ada juga beberapa makam orang penting lainnya dan diantara tokoh itu ada yang terdapat dalam buku sejarah SD kita dulu. Salah satunya adalah makan Gubernur Hindia Belanda pada tahun 1836-1840 DJ De Eerns. Makam paling baru adalah makan seorang ilmuwan bernama Prof.Dr. Andre Joseph Guillaume Henri Kostermans, seorang ahli botani yang wafat pada tahun 1994, yang teramat mencintai Kebun Raya sehingga ia mewasiatkan agar jikalau wafat nanti dapat di makamkan di komplek makam belanda ini. Total makam seluruhnya ada 42 unit, namun hanya 38 unit saja yang dapat dikenali.

Ini beberapa gambar hasil googling dari si Embah: 



Lanjot!!!
Lagi asyik-asyiknya foto-foto di makam ini, kita di kejutkan oleh adanya penampakan!!! hehe, ternyata di makam itu kita tak sendiri. Sepasang Insan yang bukan muda-mudi lagi sedang memadu kasih di sebuah bangku yang ada di sisi taman tersebut. Dari jauh mereka terhalang oleh salah satu gravestone yang tinggi menjulang, jadi ga terpantau oleh kita sebelumnya. 

Ckckckc... Oom dan Tante itu, ga bisa lihat tempat sepi. Itukan MAKAM dan di TENGAH HUTAN, ga takut ke sambet apa??? Tapi suka-suka merekalah, hahaha... punten ya Oom... Tante...

Kami pun melanjutkan perjalanan. Tidak jauh dari sana, karena kita masuk dari gate samping, kita bisa langsung menemukan danau kecil yang memisahkan Kebon Raya dan Istana Bogor. Wuihhh... Istana Bogor dari sini terlihat begitu dekat dan indah. Just like White House!!!


 Di dekat danau ini terdapat tugu Reinwardt.Prof. Caspar Georg Karl ReinWardt adalah ilmuwan botani dan kimia asal Jerman dan menjadi warga Belanda. Beliau merupakan Pengarah Pertama Kebun Raya yang didirikan pertama kali pada tahun 1817 yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip Van Der Cappelen.

Kita pun melanjutkan perjalanan. Terobsesi melihat Istana Bogor dari dekat, kami pun menuju Gerbang Hitam yang langsung menuju Istana. Sayang sekali, gerbang ini sepertinya tak pernah di buka!!!

Kita pun melanjutkan perjalanan melintasi tepi danau hingga melewati sebuah monumen dari Ollivia Rafles. Beliau ini adalah istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles yang wafat pada tahun 1814 dan di makamkan di Batavia.

Hari sudah terik sekali, meuni haredang pisan eui. Tapi tetap kita melanjutkan perjalanan. Selanjutnya Pencarian Jembatan Merah yang berada di sungai Ciliwung yang melintasi tepat di tengah kebun raya. Jembatan ini terkenal dengan legendanya yang bisa membuat hubungan dua sejoli menjadi putus. Hehe, untung gue ke sini ama sepupu and ponakan gue. Damai!!! 

Masalahnya ada dua jembatan. dan dua-duanya berwarna merah. Lalu yang manakah? Dua-duanya kita kunjungi. Dan gue pun mulai narsis di salah satu jembatan yang paling dekat letaknya dengan gerbang utama. Disinilah gue mendapata keanehan pada foto gue!!! Cekik Dot!

Ini adalah gambar original gue di jembatan merah pertama, Yang aneh adalah ini...

 













Lihat baik-baik daerah yang gue lingkarin pake warna merah!!! Kalau gue crop trus di zoom, hasilnya begini:
Nah, lho!! Siapa tuh tante-tante yang ngintip???? Ikut-ikutan narsis ajeh deh lu, Tan!!! Wakakakaka...
(Btw, Satpam gue bilang, daerah itu dekat dengan makamnya Mbah Jambrong!!! Saha deui eta teh, Pak Satpam???)

Lanjut ke Jembatan merah yang satu lagi. Nah, jembatan inilah yang katanya bisa merusak hubungan. Jaraknya juga lumayan jauh dari jembatan Mbah Jambrong tadi (Lho? Seenaknya ganti nama!!!) Lumayan bikin peugeul lha.

Ke jembatan ini ngelewatin petilasannya mbah siapa githu, gue ga paham yang begitu-begituan. Ininih wujud jembatan legendaris itu:

Melintasi jembatan itu pasangan kekasih bisa langsung putus. Jadi, buat elo-elo yang emang mau putus tapi ga tega mutusin pasangan lo, langsung ajah dateng ke sini! Htm cuma ceban doang! Paling kalo pasangan lo ga terima, doi tinggal nyebur ke sungai dari jembatan itu, trus jadi tante-tante penunggu jembatan yang nyantronoin elo tiap malem jum'at... hihihihiiiiiiiiii!!!!

Dari jembatan ini, kita pun langsung menuju sebuah lapangan rumput yang besaaaaarrr sekali, dimana banyak keluarga bersantai dan bocah-bocah kecil berlarian. Terdapat danau yang cantik sekali buat jadi latar foto-foto narsis kita. Di sana juga terdapat Cafe De Daunan yang T.O.P banget pewenya. ditambah lagi pemandangannya. Cuma soal harga, entar dulu deh... Gue mending jalan terus dari Cafe itu, trus keluar melalui gerbang yang yang munculnya di Jalan Pajajaran. Dari sana Botani Square sangatlah dekat. mending gue makan di sana deh, biar pemandangannya seret, tapi menunya komplit dan harganya ga buat kantong gue kering. Di emperannya juga banyak makanan yang bermutu, kok!

Okeh, itu dulu perjalanan lokal, murah, meriah, tapi ga bikin muntah gue. See ya next time :')

Sunday, January 23, 2011

Backpacker Wannabe Goes To The Exotic Pangandaran

Wow, akhirnya.... My own blog!!! Kekekeke... (Tertawa setan ala Hiruma Yoichi)

Mau ngapain, yak??? Cerita ajah deh, kisah tentang perjalanan cenek a.k.a cewe nekat!!!

Pertama-tama let me introduce my self! Nama gue jelas bukan hiruma (biar gue sempet kepikiran ganti nama sih). Berhubung gue udah terlanjur tenar dengan panggilan Lenggo, so just call me Lenggo.

Masi inget event terbesar tahun 2010 yang berlangsung antar bulan Juni dan Juli? Yup, Piala Dunia! Eits, tapi ini sama sekali ga ada hubungannya sama even itu. Kisah ini murni tentang kenekatan kami untuk ber-backpacker ria ke Pangandaran dan sekitarnya. Nah, kebetulan waktunya persis pada tanggal 10 dan 11 Juli saat Piala Dunia melangsungkan babak finalnya. hehe... lanjot!

Kalo Backpacker profesional kan pastinya sudah mempersiapkan segala sesuatu dengan detail. Mereka pastinya memilih tempat-tempat eksotis nan jauah di mato, perjalanannya berlangsung lama, dan rincian biayanya dibuat detail semurah meriah mungkin. Lha kalo kita??? Backpacker jadi-jadian a.k.a Backpacker wannabe. Perencanaan hanya berawal dari SMS singkat  yang gue kirim ke temen-temen gue setelah kabita berat liat kaskus yang ngebahas Green Canyon, nah lho, ke Amerika dong kita? itu Grand Canyon, tolong di bedakan ya, sodara-sodara. Kalo kudu ke Amerika, sekabita-kabitanya gue, ga akan gue ngirim SMS ngajakin mereka jalan. Muahal, yang ada bukannya backpackeran, malah jadi gembel di sana.

Sebenernya ini juga bukan backpackeran, tetapi berhubung kita punya cita-cita yang tinggi jadi backpacker, kita sebutlah diri kita ini backpacker wannabe. Gayus pun bersambut... (kayaknya bukan githu deh pribahasanya). Dari belasan hingga ratusan orang yang gue setanin lewat sms, tiga orang menyatakan kesediaannya. Mereka yang beruntung adalah Nene, Sisca, dan Tari. Mereka ini adalah sahabat gue, rekan seprofesi cuma beda unit, temen gue sekampus jaman doeloe, dan sodara gue senabi. Tingkah mereka sebelas tujuh belas ama gue (Baca: Gue alim, mereka enggak). Dengan rencana dan duit seadanya, kita memutuskan untuk pergi ke sana di hari yang paling memungkinkan. Sabtu dan Minggu, tanggal merah, 10 dan 11 Juli 2010. Saat itu gue pendukung berat spanyol (Ga percaya? tanya ajah adek gue!!!).

Kita janjian sepulang kantor hari jum'at tanggal 09 Juli 2010 ngumpul di terminal Kampung Rambutan. Ga orang indonesia namanya kalo ga ngaret. Janjian jam 4 sore, orang-orang baru pada nongol jam 9 malem. What the heaven??? Alhasil, bus incaran gue yang harusnya berangkat jam 8 malem udah bablas entah kemana?

Empat cewe alim di terminal kampung rambutan yang penuh tipu daya (maksud gue tingkah calo ticketnya penuh tipu daya!!!) di malam yang penuh bintang. Supaya kita ga ketipu gue punya tips: 
1. Cuekin calo-calo yang berisiknya kayak nyamuk itu, anggap ajah suara deru ombak di laut! (Pake cara ini paling lo di anggep sombong, tapi kan ga ketipu!!!)
2. Nanya boleh, tapi kalo bisa mending lo baca langsung tulisan jurusan yang ada di kaca depan bus, kalo di sana tertulis tujuan yang lo mau, baru dah nanya kapan berangkatnya.
3. Bertanyalah pada petugas berseragam di sana (Hati-hati, calo juga ada yang berseragam!!!)

Berhubung kita ketinggalan bus jam 8, jadilah kita menunggu Bus selanjutnya. Sebenernya banyak sih bus yang menuju Banjar Negara atau Tasikmalaya meski hari sudah menjelang malam. tapi berhubung kita-kita agak concern soal kenyamanan, jadilah kita memilih Bus BUDIMAN Eksekutif yang berangkat tepat jam 10 malam (Katanya mau backpackeran, tapi tetep busnya yang eksekutif!!! ckckck!!)

Ongkosnya beda tipis kok antara yang eksekutif (Baca: Jarak bangku lebar, dengkul ga mentok bangku depan, AC kurang ajar dinginnya, di kasi bantal tidur tapi selimut enggak, ada tissue nemplok di atas buat elo yang kena flu saking dinginnya!). Bus biasa Rp. 40.000,- kalo ga salah (berarti bener), yang eksekutif Rp. 60.000,-/orang.

Bus yang kami tumpangi ini hanya mencapai Terminal Banjar Negara setelah kurang lebih lima sampai enam jam berjalan melintasi malam. Dari Banjar negara kami melanjutkan perjalanan selama kurang lebih dua jam dengan bus yang lebih kecil, hanya saja armadanya tetap bernama BUDIMAN. Kurang lebih pukul Tujuh pagi, dengan badan yang pegel-pegel, remuk redam, patah tulang... (yang terakhir lebay) kami pun tiba di terminal Pantai Timur Pangandaran. Di sana kami di jemput dengan dua becak oleh salah satu nelayan yang memiliki profesi merangkap... mulai dari merangkap sebagai calo penginapan, penyedia peralatan snorkeling, dan juga guide dan rental mobil.  Canggih, kan? Namanya Mang Iin!!! 

O ya, ongkos becak satunya Rp. 15.000,-, ya! Bayar sendiri, guidenya cuma menyediakan dengan cara berteriak, "BECAK!!!" 

Kami di bawa kesebuah penginapan yang bernama "Morris" di Pantai Timur Pangandaraan. Biaya Penginapan ini relatif murah hanya sekitar Rp. 50.000,- s/d Rp.100.000,-/kamar. Kami berempat cukup memesan satu kamar saja. Setelah menempati kamar kami pun bersiap untuk beraksi. Jadwal pertama kami adalah melakukan snorkeling. Nene teman gue paling jago soal lobi dan tawar menawar. Doi tipe makhluk yang mau murah, tapi ga ribet, cuma tetep berkualitas. Mantap dah kalo jalan ama doi, persediaan dana cadangannya banyak!! (Lirik dompet Nene!). Nene pun berhasil melobi mang Iin, kami hanya dikenai biaya total sebesar Rp. 500.000,- yang terdiri dari biaya penginapan dua hari satu malam, perahu, perlengkapan snorkeling dan jasa guide ala Mang Iin. Lumayan lah di bagi empat jadi perorang dikenakan biaya Rp. 125.000,-. hmm... murah, kan? 

Lanjut, snorkeling. The best moment buat penyelam gadungan yang ga pernah go diving ataupun punya sertifikatnya seperti kami berempat. Pantai Timur Pangandaran masi cukup terjaga kelestarian biota lautnya. Terumbu karang di sana, meski tidak seunik dan keren seperti yang ada di TV, tapi saya tetap teseponah!!! Ikan-ikannya unik dan lautnya pun tenang. Meski sempet takut akan tsunami seperti beberapa tahun silam, kami tetap menikmati keindahan alam bawah laut itu. Ditambah lagi tebing-tebing kapur, karang-karang raksasa, dan hutan-hutan hijau di sepanjang pantai membuat kami makin takjub. The best deh pokoknya.






Puas bersnorkeling sampai muntah-muntah di perahu, setelah makan siang, kami, tanpa mandi dan dalam keadaan baju basah total , melanjutkan perjalanan dengan mobil sewaan yang diperoleh Nene dari hasil lobiannya dengan Mang Iin. Mobil sewaan itu adalah APV yang lumayan lincah. Kami menyewanya sebesar Rp. 300.000,' plus supir dan bensin. Sekitar lepas dzuhur kami melaju ke arah Sungai  Cijulang di Desa Cukang Taneuh untuk melihat the fenomenal Green Canyon.

What the Piiiiiiippp!!! Ramenya setengah hidup! Sepanjang sungai cukang taneuh penuh dengan parkiran mobil dan orang berlalulalang. Kami yang dengan pedenya berbasah-basah ria (Perhatian: Baju kita kalo di jilat terasa asin lho, wong baru nongol dari laut!!!) berjalan ke arah tempat semacam pembelian ticket. Tadinya kami mau melakukan Body Rafting, tapi ternyata.... ticket buat perahunya ajah udah habis sodara-sodara!!! Dengan kecewa kami pun berjalan balik ke APV yang lho... mana supirnya???


Hehe, untung tak dapat diraih, malang sebisa mungkin ditolak. Supir kami muncul tergopoh-gopoh dari keramaian dan mengancungkan ticket perahu. beliau berkata, "Mbak, saya dapet ticket perahunya, tapi ga bisa BodyRafting, Tapi tenang ajah mbak, kita bisa melakukan body rafting sendiri!!" Ga ngerti maksudnya yang jelas sekarang kita punya ticket perahu, hajar!!!

Dengan Perahu yang diperjuangkan supir kami, kami pun berlabuh mengarungi sungai Cijulang di desa cukang taneuh yang airnya berwarna hijau, dan katanya selalu hijau. Wow, tahukah anda betapa kerennya cukang taneuh dan Green Canyon-nya. Subhanallah!!! Tebing-tebing tinggi nan terjal yang dialiri curug kecil-kecil yang terus mengalir, dihiasi rindangnya pepohonan dengan akar-akarnya yang besar dan semak yang lebat. That was very amazing!!!

Sampai di ujung di mana perahu tidak dapat lagi melaju karena terhalang batu karang besar dan celah curug yang tinggi, pemandu perahupun menawari kami body rafting kecil-kecilan. Jika Body Rafting yang asli berenang sejauh kurang lebih tiga jam, body rafting ala awak perahu cukup setengahnya. dan biayanya pun jauh lebih murah dari body rafting yang mencapai Rp. 750.000,-/8 orang, body rafting ala pemandu perahu ini cukup Rp.100.000,- bayar langsung ke abangnya. 



Life Jacket, Ready! Waterproof Camera, Ready!!! Everybody, NYEMPLUNG!!!

Kalau BodyRafting yang seseungguhnya, kita akan di antar ke hulu dengan jeep, lalu menyusuri arus turun hingga ke point dimana tempat kami justru memulai perjalanan. Berhubung BodyRafting ala pemandu perahu ini adalah versi nekatnya, tanpa jaminan asuransi apapun, dan hanya bermodal life jacket tanpa mobil jeep, maka kami harus bersusah payah berenang melawan arus sampai sejauh yang kita mampu. Dan itu benar-benar penderitaan!!! Arusnya bukan arus lebay seperti di waterboom, tapi arus beneran yang kunceng sekali. Dengan bantuan batu-batu keras pada tebing kami berusaha menyeret tubuh kami. Dititik-titik tertentu, dimana tempatnya sangat ajaib untuk diabadikan, kami sering berhenti untuk mengambil foto. Pemandangannya sungguh amat luar biasa. Ketika Pemandu merasa kita sudah cukup jauh (mungkin dilihat  dari betapa ngos-ngosannya kita!!!), kita pun berhenti di tempat yang sangat indah. Tebing-tebing tinggi menjulang di atas kami, dan sungai yang deras dengan lebar yang menyempit membuat sinar matahari hanya  mampu mengintip saja, membuat suasana makin terasa indah dan eksotik dengan pantulan hijau air yang cemerlang. Jiwa narsis kami pun bergelora!!!

 





Puas berfoto, kami pun memutuskan untuk kembali ke starting point dimana perahu yang ditambat tengah menunggu. Perjalanan balik jauh lebih mudah, kami cukup berenang sambil saling berpegang mengikuti arus. Ketika berenang, kami mendongak keatas dan melihat dengan takjub tebing-tebing tinggi  menjualang di atas kam, pemandangan yang sangat indah.

Tak terasa, walau bukan Body Rafting yang sebenarnya, acara kami itu justru memakan waktu lebih banyak karena kami terlalu narsis, mengambil foto-foto adalah penting bagi kelangsungan hidup kami.

Masih dalam keadaan basah (kali ini ga asin, karena kami baru nyemplung di air tawar) kami kembali ke APV dan melanjutkan perjalanan untuk makan siang dan mengejar sunset di Pantai Batu Hiu dan Pantai Batu Karas

What a great Scenery??? It's so beautifull!! Selepas Sunset, kami pun pulang kembali ke Pantai Timur. Dalam Perjalanan balik kami melihat sisa-sisa gempa dan tsunami di sepanjang pesisir pantai Pangandaran. Kami pun sempat mengunjungi tempat penangkaran penyu yang memiliki koleksi Penyu cukup banyak. Mulai yang kecil-kecil sebesar batu kerikil, sampai yang lebarnya ada kali satu meter, ckckck!! Mereka benar-benar perlu di lestarikan. 


Malamnya, selepas mandi, sholad, makan dan ngeleyeh-leyeh sebentar, kami pun melanjutkan acara bermalam minggu di sepanjang pantai pangandaran. Ramainya membuat suasana hidup. Dengan sepeda pantai yang saling terhubung kami menikmati malam. Menu nasi goreng dengan pemandangan laut memuaskan hasrat kelaparan kami. Puas dengan semuanya kamipun balik ke penginapan dan beristirahat.

mulut goa rengganis

goa apa yaaa??? lupa!

ini di goa jepang

kalau ga salah inget ini di goa lanang!


Pagi sebelum kembali pulang ke jakarta dengan Bus pukul 11 siang, kami ditemani Mang Iin mengunjungi goa-goa di sepanjang pantai yang sangat eksotis. Mulai dari Goa Jepang, Goa Lanang yang terdapat stalagtit/stalagmit raksasa yang menyerupai barangnya wong lanang, Goa Parat yang terkenal dengan Farida Pasha dan Gerandongnya, Goa Rengganis yang airnya katanya merupakan eliksir awet muda, beberapa goa-goa eksotik lainnya, dan beberapa petilasan-petilasan yang cukup membuat bulu kuduk merinding mendengar kisahnya. Bermain dengan berekor-ekor monyet liar, dan beberapa ekor landak gue yang malu-malu merupakan kegiatan terakhir kami sebelum kami benar-benar beranjak meninggalkan Pangandaran. Walau ngaret karena terlalu asyik, kami pun kembali ke Jakarta dengan senang hati dan dagdigdug. Senang karena puas backpacker-backpackeran, dagdigdug karena malemnya spanyol vs belanda maju ke final. Untung si PAUL dukung SPANYOL!!! hehehe....

makan dulu sebelum pulang!


Berikut adalah rincian biaya perjalanan (estimasi lho ya, harga kan sewaktu-waktu berubah, apalagi kalo anda ga sejago Nene dalam melobi Mang Iin!! :D)

Ongkos Pulang Pergi Bus Budiman Eksekutif/ orang : Rp. 120.000,-
Ongkos tambahan bus kecil/ orang                           : Rp.   10.000,-
Penginapan, Kamar, Peralatan Snorkel, perahu/org  : Rp. 125.000,-
Sewa Mobil/ Orang                                                 : Rp.   75.000,-
Tiket perahu+biaya Body Rafting ala nekat/orang     : Rp.    40.000,-
Becak/orang                                                            : Rp.      7.500,-
Sepeda panjang/orang                                             :  Rp.      5.000,-
Total                                                                       : Rp. 382..500,-/orang

*ongkos makan ama oleh-oleh relatif, cantumkan budget sesuai selera anda!!!
*Inget, ini paket berempat. Gue saranin kalo lo emang berminat, mending ajak 3 orang temen lo, soalnya gue agak bingung juga kalo lo sendirian, otomatis biaya sewa mobil, penginapan, becak dan sepeda sepenuhnya lo yang nanggung, ga bisa di bagi empat!!!


Okeh everybody, sekian dulu cerita gue, ntar lanjut lagi!!! See yawww!!