Wow, akhirnya.... My own blog!!! Kekekeke... (Tertawa setan ala Hiruma Yoichi)
Mau ngapain, yak??? Cerita ajah deh, kisah tentang perjalanan cenek a.k.a cewe nekat!!!
Pertama-tama let me introduce my self! Nama gue jelas bukan hiruma (biar gue sempet kepikiran ganti nama sih). Berhubung gue udah terlanjur tenar dengan panggilan Lenggo, so just call me Lenggo.
Masi inget event terbesar tahun 2010 yang berlangsung antar bulan Juni dan Juli? Yup, Piala Dunia! Eits, tapi ini sama sekali ga ada hubungannya sama even itu. Kisah ini murni tentang kenekatan kami untuk ber-backpacker ria ke Pangandaran dan sekitarnya. Nah, kebetulan waktunya persis pada tanggal 10 dan 11 Juli saat Piala Dunia melangsungkan babak finalnya. hehe... lanjot!
Kalo Backpacker profesional kan pastinya sudah mempersiapkan segala sesuatu dengan detail. Mereka pastinya memilih tempat-tempat eksotis nan jauah di mato, perjalanannya berlangsung lama, dan rincian biayanya dibuat detail semurah meriah mungkin. Lha kalo kita??? Backpacker jadi-jadian a.k.a Backpacker wannabe. Perencanaan hanya berawal dari SMS singkat yang gue kirim ke temen-temen gue setelah kabita berat liat kaskus yang ngebahas Green Canyon, nah lho, ke Amerika dong kita? itu Grand Canyon, tolong di bedakan ya, sodara-sodara. Kalo kudu ke Amerika, sekabita-kabitanya gue, ga akan gue ngirim SMS ngajakin mereka jalan. Muahal, yang ada bukannya backpackeran, malah jadi gembel di sana.
Sebenernya ini juga bukan backpackeran, tetapi berhubung kita punya cita-cita yang tinggi jadi backpacker, kita sebutlah diri kita ini backpacker wannabe. Gayus pun bersambut... (kayaknya bukan githu deh pribahasanya). Dari belasan hingga ratusan orang yang gue setanin lewat sms, tiga orang menyatakan kesediaannya. Mereka yang beruntung adalah Nene, Sisca, dan Tari. Mereka ini adalah sahabat gue, rekan seprofesi cuma beda unit, temen gue sekampus jaman doeloe, dan sodara gue senabi. Tingkah mereka sebelas tujuh belas ama gue (Baca: Gue alim, mereka enggak). Dengan rencana dan duit seadanya, kita memutuskan untuk pergi ke sana di hari yang paling memungkinkan. Sabtu dan Minggu, tanggal merah, 10 dan 11 Juli 2010. Saat itu gue pendukung berat spanyol (Ga percaya? tanya ajah adek gue!!!).
Kita janjian sepulang kantor hari jum'at tanggal 09 Juli 2010 ngumpul di terminal Kampung Rambutan. Ga orang indonesia namanya kalo ga ngaret. Janjian jam 4 sore, orang-orang baru pada nongol jam 9 malem. What the heaven??? Alhasil, bus incaran gue yang harusnya berangkat jam 8 malem udah bablas entah kemana?
Empat cewe alim di terminal kampung rambutan yang penuh tipu daya (maksud gue tingkah calo ticketnya penuh tipu daya!!!) di malam yang penuh bintang. Supaya kita ga ketipu gue punya tips:
1. Cuekin calo-calo yang berisiknya kayak nyamuk itu, anggap ajah suara deru ombak di laut! (Pake cara ini paling lo di anggep sombong, tapi kan ga ketipu!!!)
2. Nanya boleh, tapi kalo bisa mending lo baca langsung tulisan jurusan yang ada di kaca depan bus, kalo di sana tertulis tujuan yang lo mau, baru dah nanya kapan berangkatnya.
3. Bertanyalah pada petugas berseragam di sana (Hati-hati, calo juga ada yang berseragam!!!)
Berhubung kita ketinggalan bus jam 8, jadilah kita menunggu Bus selanjutnya. Sebenernya banyak sih bus yang menuju Banjar Negara atau Tasikmalaya meski hari sudah menjelang malam. tapi berhubung kita-kita agak concern soal kenyamanan, jadilah kita memilih Bus BUDIMAN Eksekutif yang berangkat tepat jam 10 malam (Katanya mau backpackeran, tapi tetep busnya yang eksekutif!!! ckckck!!)
Ongkosnya beda tipis kok antara yang eksekutif (Baca: Jarak bangku lebar, dengkul ga mentok bangku depan, AC kurang ajar dinginnya, di kasi bantal tidur tapi selimut enggak, ada tissue nemplok di atas buat elo yang kena flu saking dinginnya!). Bus biasa Rp. 40.000,- kalo ga salah (berarti bener), yang eksekutif Rp. 60.000,-/orang.
Bus yang kami tumpangi ini hanya mencapai Terminal Banjar Negara setelah kurang lebih lima sampai enam jam berjalan melintasi malam. Dari Banjar negara kami melanjutkan perjalanan selama kurang lebih dua jam dengan bus yang lebih kecil, hanya saja armadanya tetap bernama BUDIMAN. Kurang lebih pukul Tujuh pagi, dengan badan yang pegel-pegel, remuk redam, patah tulang... (yang terakhir lebay) kami pun tiba di terminal Pantai Timur Pangandaran. Di sana kami di jemput dengan dua becak oleh salah satu nelayan yang memiliki profesi merangkap... mulai dari merangkap sebagai calo penginapan, penyedia peralatan snorkeling, dan juga guide dan rental mobil. Canggih, kan? Namanya Mang Iin!!!
O ya, ongkos becak satunya Rp. 15.000,-, ya! Bayar sendiri, guidenya cuma menyediakan dengan cara berteriak, "BECAK!!!"
Kami di bawa kesebuah penginapan yang bernama "Morris" di Pantai Timur Pangandaraan. Biaya Penginapan ini relatif murah hanya sekitar Rp. 50.000,- s/d Rp.100.000,-/kamar. Kami berempat cukup memesan satu kamar saja. Setelah menempati kamar kami pun bersiap untuk beraksi. Jadwal pertama kami adalah melakukan snorkeling. Nene teman gue paling jago soal lobi dan tawar menawar. Doi tipe makhluk yang mau murah, tapi ga ribet, cuma tetep berkualitas. Mantap dah kalo jalan ama doi, persediaan dana cadangannya banyak!! (Lirik dompet Nene!). Nene pun berhasil melobi mang Iin, kami hanya dikenai biaya total sebesar Rp. 500.000,- yang terdiri dari biaya penginapan dua hari satu malam, perahu, perlengkapan snorkeling dan jasa guide ala Mang Iin. Lumayan lah di bagi empat jadi perorang dikenakan biaya Rp. 125.000,-. hmm... murah, kan?
Lanjut, snorkeling. The best moment buat penyelam gadungan yang ga pernah go diving ataupun punya sertifikatnya seperti kami berempat. Pantai Timur Pangandaran masi cukup terjaga kelestarian biota lautnya. Terumbu karang di sana, meski tidak seunik dan keren seperti yang ada di TV, tapi saya tetap teseponah!!! Ikan-ikannya unik dan lautnya pun tenang. Meski sempet takut akan tsunami seperti beberapa tahun silam, kami tetap menikmati keindahan alam bawah laut itu. Ditambah lagi tebing-tebing kapur, karang-karang raksasa, dan hutan-hutan hijau di sepanjang pantai membuat kami makin takjub. The best deh pokoknya.
Puas bersnorkeling sampai muntah-muntah di perahu, setelah makan siang, kami, tanpa mandi dan dalam keadaan baju basah total , melanjutkan perjalanan dengan mobil sewaan yang diperoleh Nene dari hasil lobiannya dengan Mang Iin. Mobil sewaan itu adalah APV yang lumayan lincah. Kami menyewanya sebesar Rp. 300.000,' plus supir dan bensin. Sekitar lepas dzuhur kami melaju ke arah Sungai Cijulang di Desa Cukang Taneuh untuk melihat the fenomenal Green Canyon.
What the Piiiiiiippp!!! Ramenya setengah hidup! Sepanjang sungai cukang taneuh penuh dengan parkiran mobil dan orang berlalulalang. Kami yang dengan pedenya berbasah-basah ria (Perhatian: Baju kita kalo di jilat terasa asin lho, wong baru nongol dari laut!!!) berjalan ke arah tempat semacam pembelian ticket. Tadinya kami mau melakukan Body Rafting, tapi ternyata.... ticket buat perahunya ajah udah habis sodara-sodara!!! Dengan kecewa kami pun berjalan balik ke APV yang lho... mana supirnya???
Hehe, untung tak dapat diraih, malang sebisa mungkin ditolak. Supir kami muncul tergopoh-gopoh dari keramaian dan mengancungkan ticket perahu. beliau berkata, "Mbak, saya dapet ticket perahunya, tapi ga bisa BodyRafting, Tapi tenang ajah mbak, kita bisa melakukan body rafting sendiri!!" Ga ngerti maksudnya yang jelas sekarang kita punya ticket perahu, hajar!!!
Dengan Perahu yang diperjuangkan supir kami, kami pun berlabuh mengarungi sungai Cijulang di desa cukang taneuh yang airnya berwarna hijau, dan katanya selalu hijau. Wow, tahukah anda betapa kerennya cukang taneuh dan Green Canyon-nya. Subhanallah!!! Tebing-tebing tinggi nan terjal yang dialiri curug kecil-kecil yang terus mengalir, dihiasi rindangnya pepohonan dengan akar-akarnya yang besar dan semak yang lebat. That was very amazing!!!
Sampai di ujung di mana perahu tidak dapat lagi melaju karena terhalang batu karang besar dan celah curug yang tinggi, pemandu perahupun menawari kami body rafting kecil-kecilan. Jika Body Rafting yang asli berenang sejauh kurang lebih tiga jam, body rafting ala awak perahu cukup setengahnya. dan biayanya pun jauh lebih murah dari body rafting yang mencapai Rp. 750.000,-/8 orang, body rafting ala pemandu perahu ini cukup Rp.100.000,- bayar langsung ke abangnya.
Life Jacket, Ready! Waterproof Camera, Ready!!! Everybody, NYEMPLUNG!!!
Kalau BodyRafting yang seseungguhnya, kita akan di antar ke hulu dengan jeep, lalu menyusuri arus turun hingga ke point dimana tempat kami justru memulai perjalanan. Berhubung BodyRafting ala pemandu perahu ini adalah versi nekatnya, tanpa jaminan asuransi apapun, dan hanya bermodal life jacket tanpa mobil jeep, maka kami harus bersusah payah berenang melawan arus sampai sejauh yang kita mampu. Dan itu benar-benar penderitaan!!! Arusnya bukan arus lebay seperti di waterboom, tapi arus beneran yang kunceng sekali. Dengan bantuan batu-batu keras pada tebing kami berusaha menyeret tubuh kami. Dititik-titik tertentu, dimana tempatnya sangat ajaib untuk diabadikan, kami sering berhenti untuk mengambil foto. Pemandangannya sungguh amat luar biasa. Ketika Pemandu merasa kita sudah cukup jauh (mungkin dilihat dari betapa ngos-ngosannya kita!!!), kita pun berhenti di tempat yang sangat indah. Tebing-tebing tinggi menjulang di atas kami, dan sungai yang deras dengan lebar yang menyempit membuat sinar matahari hanya mampu mengintip saja, membuat suasana makin terasa indah dan eksotik dengan pantulan hijau air yang cemerlang. Jiwa narsis kami pun bergelora!!!
Puas berfoto, kami pun memutuskan untuk kembali ke starting point dimana perahu yang ditambat tengah menunggu. Perjalanan balik jauh lebih mudah, kami cukup berenang sambil saling berpegang mengikuti arus. Ketika berenang, kami mendongak keatas dan melihat dengan takjub tebing-tebing tinggi menjualang di atas kam, pemandangan yang sangat indah.
Tak terasa, walau bukan Body Rafting yang sebenarnya, acara kami itu justru memakan waktu lebih banyak karena kami terlalu narsis, mengambil foto-foto adalah penting bagi kelangsungan hidup kami.
Masih dalam keadaan basah (kali ini ga asin, karena kami baru nyemplung di air tawar) kami kembali ke APV dan melanjutkan perjalanan untuk makan siang dan mengejar sunset di Pantai Batu Hiu dan Pantai Batu Karas
What a great Scenery??? It's so beautifull!! Selepas Sunset, kami pun pulang kembali ke Pantai Timur. Dalam Perjalanan balik kami melihat sisa-sisa gempa dan tsunami di sepanjang pesisir pantai Pangandaran. Kami pun sempat mengunjungi tempat penangkaran penyu yang memiliki koleksi Penyu cukup banyak. Mulai yang kecil-kecil sebesar batu kerikil, sampai yang lebarnya ada kali satu meter, ckckck!! Mereka benar-benar perlu di lestarikan.
Malamnya, selepas mandi, sholad, makan dan ngeleyeh-leyeh sebentar, kami pun melanjutkan acara bermalam minggu di sepanjang pantai pangandaran. Ramainya membuat suasana hidup. Dengan sepeda pantai yang saling terhubung kami menikmati malam. Menu nasi goreng dengan pemandangan laut memuaskan hasrat kelaparan kami. Puas dengan semuanya kamipun balik ke penginapan dan beristirahat.
Pagi sebelum kembali pulang ke jakarta dengan Bus pukul 11 siang, kami ditemani Mang Iin mengunjungi goa-goa di sepanjang pantai yang sangat eksotis. Mulai dari Goa Jepang, Goa Lanang yang terdapat stalagtit/stalagmit raksasa yang menyerupai barangnya wong lanang, Goa Parat yang terkenal dengan Farida Pasha dan Gerandongnya, Goa Rengganis yang airnya katanya merupakan eliksir awet muda, beberapa goa-goa eksotik lainnya, dan beberapa petilasan-petilasan yang cukup membuat bulu kuduk merinding mendengar kisahnya. Bermain dengan berekor-ekor monyet liar, dan beberapa ekor landak gue yang malu-malu merupakan kegiatan terakhir kami sebelum kami benar-benar beranjak meninggalkan Pangandaran. Walau ngaret karena terlalu asyik, kami pun kembali ke Jakarta dengan senang hati dan dagdigdug. Senang karena puas backpacker-backpackeran, dagdigdug karena malemnya spanyol vs belanda maju ke final. Untung si PAUL dukung SPANYOL!!! hehehe....
Berikut adalah rincian biaya perjalanan (estimasi lho ya, harga kan sewaktu-waktu berubah, apalagi kalo anda ga sejago Nene dalam melobi Mang Iin!! :D)
Ongkos Pulang Pergi Bus Budiman Eksekutif/ orang : Rp. 120.000,-
Ongkos tambahan bus kecil/ orang : Rp. 10.000,-
Penginapan, Kamar, Peralatan Snorkel, perahu/org : Rp. 125.000,-
Sewa Mobil/ Orang : Rp. 75.000,-
Tiket perahu+biaya Body Rafting ala nekat/orang : Rp. 40.000,-
Becak/orang : Rp. 7.500,-
Sepeda panjang/orang : Rp. 5.000,-
Total : Rp. 382..500,-/orang
*ongkos makan ama oleh-oleh relatif, cantumkan budget sesuai selera anda!!!
*Inget, ini paket berempat. Gue saranin kalo lo emang berminat, mending ajak 3 orang temen lo, soalnya gue agak bingung juga kalo lo sendirian, otomatis biaya sewa mobil, penginapan, becak dan sepeda sepenuhnya lo yang nanggung, ga bisa di bagi empat!!!
Okeh everybody, sekian dulu cerita gue, ntar lanjut lagi!!! See yawww!!
hahaha... lenggo masih hapal rincian biaya nya... hayo, kapan kita kemana lagi??? (*pertengahan tahun berencana menghadiri pernikahannya mba rika di pontianak sambil jalan2 tentunya,, join???
ReplyDeletelenggo, follow me dong..@shizuestory.blogspot.com
he??? ShiZue itu Tari ya??? Okeh, folbac, ya neng!!! wekekeke...
ReplyDeleteSiska aneh banget blognya kok shizue..
Deletehehehe.. odong!!! "shiz" ya siska dunk!!!
ReplyDeletebilang dong, gue jadi fitnah tari dah tuh!!! (siska dan tari salah satu tokoh cewe nekat terkemuka dalam perjalanan ini!!!) udah gue follow neng,
ReplyDeletedemen dah w ma gaya tulisannya, pasti gumbira punnya sobat yg sehati <... 5 jempol dah buat u,..N u pada
ReplyDelete