Thursday, October 24, 2013

The Incredible Night at Pattaya City

Kenapa Incredible??? Yaaaaa... begitulah, words are not enough to explain, haha

Belum baca kisah kita sebelumnya? Check dulu Bangkok, One Night Stand Part 2



Mini Bus yang kami tumpangi melaju dalam keheningan. Kenapa kami hening? Itu karena ada penumpang lokal nan galak menyemprot keberisikan kami, alhasil kami diam, sedikit down mood kami gara-gara tante galak yang tidak berjiwa muda itu. Mana jalan tol menuju Pattaya seperti tidak berujung pula!

Meski demikian akhirnya kami pun tiba di Pattaya City. Kota ini seperti Patong Beach, hanya saja tiga kali lebih ramai, dan tiga kali lebih "Blink-blink!". Dengan menggunakan Googel Maps kami mencari letak motel yang telah kami Booking.

Kami berjalan cukup jauh, namun anehnya kami yang biasanya protes kalo disuruh jalan dari depan komplek ke rumah saja, kali ini melangkah dengan pasti walau tubuh sudah sempoyongan. Akhirnya kami menemukan motel tempat kami menginap, yaitu Siam Guest House. Setelah menaruh barang bawaan dan menyantap makanan yang kami order dari Ayutthaya, kami pun kembali mengarungi jalan sekitar pukul delapan malam guna mencari makan (Ga semua dari kami pesan makanan take away di Ayutthaya).

Kami pun menuju Pantai yang sekali lagi, kalau di banding dengan pantai di sepanjang garis pantai Indonesia, engga ada apa-apanya. Namun Pantai ini cukup membuat kami terkena Culture shock yang cukup akut. Bagaimana tidak? sepanjang jalan di Pattaya Beach itu, para waria a.k.a Lady boy a.k.a Kathoey dan para wanita cantik tuna susila berjejer menjajakan diri. Bule-bule maupun tourist dari berbagai bangsa berseliweran dimana-mana, saling belai dan bermain mata. Astaghfirullohal 'adzim, kami salah pilih tempat bermain saudara-saudara. Nasi sudah menjadi bubur, kami sudah disini, mari kita menjaga diri dan menikmati malam yang singkat di negeri nan jauh ini, halah...

Kami berjalan di antara bule-bule dan waria-waria, juga wanita-wanita yang sedang bertransaksi. Ada yang menolak, namun ada yang langsung menerima, dunia oh dunia...




Kami masuk ke KFC di salah satu Mall, Bli Sagit dan Jaya langsung memesan makanan sementara kami memesan Beverages. Setelah makan kami kembali melangkah mengarungi malam yang gemerlap di Pattaya. Semakin jauh kami melangkah, semakin gemerlap dan hingar bingar suasana. Hingga kami melihat gerbang masuk besar bertuliskan, "WALKING STREET!" Uh yeah!


Suasana di Walking Street itu benar-benar mengharukan. Ribuan Bar dengan musiknya yang keras dan memekakan telinga, lampunya yang gemerlap berkelap-kelip dan para wanitanya yang menjajakan diri secara terang-terangan di sepanjang jalan di walking street ini. Ratusan orang menyodorkan brosur yang isinya bukan makanan, tapi service yang memuaskan syahwat terutama lelaki. Gue ajah pas di sodorin, malu baca isi menunya! Damn!!!






A Glimpse Of Walking Street, Pattaya City

Etalase-etalase bukan berisi manekin, tapi para wanita cantik (Bule maupun lokal) yang sedang berputar-putar pada palang melakukan striptease secara live sehingga para pelancong di luar bisa menonton tanpa harus masuk ke Bar, well mereka engga totally naked sih, you want more? Go inside!


Massage shop di Patong Beach jelas tidak ada apa-apanya di sini. Gue denger-denger para PSK ini termasuk cukup murah loh, bisa hanya 200 Baht untuk bermalam bersama mereka? Anda berkenan? Kalo ke lima PackerBeau yang jalan bersama kita ada yang berkenan, udah habis kita bantai trus kita ceburin ke laut!!!


Jalan itu bagai tiada akhir, kegilaan di sana makin menjadi, berbagai tontonan menarik di sajikan para pekerja seni jalanan di jalan itu, seperti sulap, balet dan lain-lainnya di selingi para PSK dan waria yang juga sedang sibuk berjualan. Malam itu WAH buat kami.


Akhirnya ujung jalan terlihat, setelah puas berfoto-foto ria di tulisan besar Pattaya City, kami pun memutuskan untuk kembali ke motel, secara hari sudah menjelang tengah malam pula. Namun yang jadi masalah, selain jalan yang jauh memutar, hanya Walking Street-lah jalan kami kembali. Dengan mind set go straight forward, kami pun melangkah dengan kecepatan super kembali mengarungi Walking Street yang seolah tak pernah mati.

Akhirnya kami berada di jalan normal. Normal di banding Walking Street, tapi tetap parah di banding jalanan normal kebanyakan. Kami mampir ke Sevel seperti biasa, mengisi persediaan, dan melangkah cepat ke Motel yang rasanya jauh sekali. Sesampainya tanpa babibu kami mandi dan pergi tidur. Besok adalah hari Sabtu, 19 Oktober 2013, hari terakhir kami mengarungi Thailand.

GOING CRAZY TO ALL OVER BANGKOK CITY

We seriously can't stop.

Pagi-pagi buta seperti biasa kami berjuang melawan kantuk. Sebuah Mini Bus menjemput kami tepat jam setengah enam pagi. Kami pun diantar menuju pool Bus yang menuju ke Svarnabhumi Airport. Bus tersebut sangat bagus, spacious dan nyaman. Bus melaju selama kurang lebih satu jam ke Svarnabhumi Airport. Jangan salah paham, ya! Kami ke airport ini bukan karena kami memiliki jadwal flight pesawat kemana pun, tapi kami hanya berniat melakukan sightseeing saja. Haha...


Svarnabhumi sangat megah dan mewah, jujur kalo gue disuruh terbang sendirian balik ke Indonesia dari sini, gue pasti bakal nyasar. Kami pun berfoto-foto ria. Setelah puas kami pun menuju airport Skytrain Station dan dengan Skytrain kami  menuju Makkasan Station. Kami transit ke Phetchaburi MRT Station dan langsung menuju Hua Lampong dengan MRT.

Setelah tiba di @Hua Lampong Hotel, kami kembali check in dan bergegas untuk mengganti pakaian kami dengan yang baru karena dari kemarin kami masih menggunakan pakaian yang sama. Setelah semua siap kami pun kembali menuju MRT station.

Dengan MRT kami menuju Si Lom Station, lanjut naik BTS dari Sala Daeng Station ke Saphan Taksin Station, dari sana menyebrangi Taksin Bridge menuju dermaga, naik River Boat dengan bendera berwarna biru, tarifnya 40 Baht per orang, lalu langsung menuju Pier No.8 Tha Tien. Tujuan Kami adalah Wat Arun nan cantik. Dengan Boat kecil kami menyebrang ke Komplek Wat Arun.









Di Wat Arun sebagian dari kami sudah mulai berbelanja. Disini kabarnya cinderamata harganya lebih miring dari Chatuchak Weekend Market, tapi enggak selamanya. Hati-hati terhadap penjual nakal yang hobby melakukan scam. Ada satu toko di bagian paling depan menuju pintu keluar kalau kita dari dalam komplek candi, dia terpisah sendiri dari toko-toko cinderamata lainnya. Toko ini harganya lebih miring dan tidak melakukan scam. Kita bahkan bisa menawar dalam bahasa Indonesia karena sang empunya toko sepertinya sudah banyak bertransaksi dengan tourist dari Indonesia.



Komplek Wat Arun





Puas bermain di Wat Arun kami kembali menyebrang menuju Tha Tien Pier dengan perahu kecil dan dari sana kami melintasi pasar menuju Wat Pho. Di pasar ini banyak yang menjual minuman jus buah murni dan segar dengan harga antara 20 - 30 Baht. Cobain Jus Mangga sama Sticky Rice with manggo nya deh, nyummiiii....





Komplek Wat Pho

Ongkos masuk Wat Pho cukup mahal, 100 Baht per orang, dalam rangka penghematan untuk belanja nanti sore di Chatuchak, kami pun mengutus Har Sejong saja yang masuk, dan yang lain menunggu sambil jajan kudapan di depan komplek Wat Pho.

 


Setelah Har kembali dari Wat Pho Expedition-nya, kami pun melanjutkan perjalanan menuju The Grand Palace. Hati-hati, di sini harus rapi jali dan ngga boleh sembarangan. Kami yang tadinya bersemangat 45 mau menjelajah The Grand Palace, harus urung karena tiket per orang lumayan mahal 500 Baht, dan kali ini tak seorang pun berkenan menjadi utusan untuk masuk ke dalam (Kami Backpacker Bokek, hahaha!).

Akhirnya kami hanya berfoto-foto di sekitar halaman komplek The Grand Palace, lumayan keren juga kok (menghibur diri).





The Grand Palace
Puas narsis di The Grand Palace, kami pun beranjak menuju Halte Bus. Dengan Bus bernomor 44 dan ongkos sebesar 16 Baht per orang kami menuju Chatuchak Park, The Weekend Market. Time for Shopping!

Setelah hampir satu jam berkendara, kami pun tiba. Langsung saja naluri belanja kami, terutama Packerbelle, bergelora. Dalam sekejap kami sudah tersebar ke berbagai penjuru. Kalau pintar menawar, belanja kaos di sini bisa sekitar 80-100 Baht per potong. Dan Miss OMG Tari kalap hingga membeli tiga lusin kaos di sini. 


Kami belanja hingga senjapun larut. Setelah berkeliling mencari warung Makanan halal di Ruko Blok 16 yang ternyata tutup, kami pun menemukan warung kebab. Setelah kenyang, dengan tentengan di kiri dan kanan berkantong-kantong plastik oleh-oleh buat mereka yang menanti di Tanah Air, serta kaki super kebas mati rasa, kami berjalan ke Mo Chit dan langsung menuju Hua Lampong dengan MRT.

Waktu masih agak sore ketika kami sampai di @Hua Lampong Hotel, 20.30 waktu Bangkok. Setelah mandi, kami packing. Karena besok jam setengah lima pagi kami akan kembali pulang. Perjalanan kami telah berakhir malam ini. Bli Sagit dan Jaya akan terbang langsung ke Bali dari Dong Muang Airport. Itu artinya malam itu adalah "Malam terakhir bagi kita" (langsung joget Dangdut) dapat bertegur sapa secara langsung. Entah kapan kita bisa berjumpa mereka lagi.

Kami yang tersisa akan transit dulu di KLIA (nemenin Har Sejong gara-gara pesawat yang ke Pekan Baru transitnya hanya di KLIA) untuk kemudian terbang ke Jakarta.

Jakarta dengan sejuta kisahnya...

.
Us!!!

Documentary of Packerbe

Kita Untuk Selamanya ( A Jounal )

  Retaled Post :

Bangkok, One Night Stand Part 2

Seperti malam-malam sebelumnya, malam ini pun kami almost one night stand, tidur cuma tiga jam-an... alhasil banyak yang kesiangan dan kudu di dobrak pintunya biar bisa bangun.

Untuk Kisah kita sebelumnya, baca Patong Beach, One Night Stand Part 1 dulu yaa...


Setelah Packerbe kembali terkumpul sepuluh orang di loby hotel @Hua Lampong, kami pun menempati kamar masing-masing. Har Sejong sebagai kepala suku memberi waktu setengah jam buat kami bersiap. Jam Empat sore teng kami sudah harus melangkah lagi menuju Madame Tassaud, Museum Lilin. Dengan kaki yang rasanya mulai kebas setiap kali melangkah, kami pun berjalan cepat menuju stasiun MRT. Kami menuju Si Lom Station dengan ongkos 18 Baht dan lanjut naik BTS dari Sala Daeng ke National Stadium. Dari sana kami menuju ke Siam Discovery 989 Rama I Road, lantai 6 dan menikmati foto bareng orang-orang terkenal seluruh dunia versi patung lilinnya, haha. Some photos look so real!!!


 


 
 







 

Lepas senja kami kembali menuju ke National Station dan langsung menaiki BTS  menuju ke  Saphan Taksin Station. Dari Saphan Taksin kami keluar melalui pintu Exit 2 menuju Dermaga kecil bernama Sathron Pier di tepi sungai Chao Praya guna menyebrang untuk mengunjungi Night Market di Asiatique.

  


Makan ga makan asal kumpul!
Di Asiatique terdapat Bianglala besar seperti Singapore Flyer yang bernama Mekhong. Sambil menahan lapar (Disini agak sulit mencari makanan halal dan murah) kami berjalan menikmati suasana malam di Asiatique yang ramai dan ceria penuh kegemerlapan. Puas berfoto-foto kami pun beranjak untuk mencari makanan. Namun walau waktu sudah menunjukan pukul setengah sepuluh, tak satupun resto halal kami temukan di sini. Dengan tenaga sisa kami kembali ke Dermaga dan mengarungi sungai Chao Praya. Perut Boleh lapar... tapi keceriaan tak berkurang di wajah kami, karena makan ga makan... asal kumpul!

Sesampainya kembali di Hua Lampong, Langkah kami mulai terlihat persis seperti Zombie. Terang saja, Gue dan Bari terakhir makan tadi pagi jam sepuluh di food court railway stasiun. Sementara kedelapan anak lainnya makan di Phuket tadi pagi juga... alhasil kami ini "EAT LESS WALK MORE!"

Kami bertanya pada Ketua Gank Kami, Har Sejong, "Har, laper... Kapan kita makan?". Dengan kalem Har menjawab, "Makan??? Itu tidak ada dalam jadwal itinerary kita!" #Gubrak!!!

Sebelum kembali ke Hotel yang sudah di depan mata, mata kami bertubrukan dengan Sevel. Dengan langkah gontai kami menyerang sevel dengan Misi mencari makanan berlabel halal, apapun jenisnya! Bagai Petugas Dinas Kesehatan kami mensortir semua makanan. Bear Brand dan produk Nestle lolos uji halal, tapi mereka kan minuman??? Tak satu roti pun lolos dari uji halal, kami sudah hampir menyerah dengan hanya membeli berkaleng-kaleng bear brand sampai akhirnya Yunee berkata bahwa di ujung, paling sudut, di bagian dalam... ada Mie Instan yang halal! Oh mama, anakmu selamat!

Yunee dan Danang menikmati Mie Instan ala Sevel di emperan.
Danang kalap dengan menyantap tiga Mie Instan sekaligus, Bari dan Har seperti tak mau kalah, Gue ga selera ama Mie Instan, namun apa daya. kami pun melahap makanan tersebut di emperan Sevel. Sungguh pemandangan yang tragis!

Thanks to Bli Sagit and Jaya, yang walau mereka tidak memiliki masalah dengan makanan tanpa label halal, rasa solidaritas mereka teramat tinggi melampaui menara Petronas sehingga mereka rela menemani kami berlapar-lapar ria sebelum akhirnya kami menemukan makanan. Salute to you guys!

Jam hampir menunjukan  pukul sebelas malam. Kami harus segera kembali ke Hotel untuk packing dan beristirahat. Besok seperti biasa, jam tiga pagi harus sudah bangun, Check Out dan melanjutkan perjalanan menuju ke Barat (Oops, itu mah Biksu Tong Dkk yah!).

MORNING TRAIN, TUK-TUK AND THE EXOTIC AYUTTHAYA.

Tari Mendobrak kamar Gue dan Nenek pukul empat pagi! Dia berteriak, "WOI BANGUN!"

Yapp, gue kesiangan! Lebih tepatnya tujuh dari sepuluh anak bangun kesiangan.

Dengan agak panik kami mempersiapkan diri dan berlari-lari keluar kamar dengan membawa back pack di punggung masing-masing. Kami tidak boleh ketinggalan kereta terpagi yang menuju Ayutthaya.

Untungnya @Hua Lampong Hotel Menerima Jasa penitipan baggage apapun jenisnya dengan hanya 20 Baht permalam. Tanpa Ba bi bu, Bli Sagit dan Bari yang memang sudah siap lebih awal berlari ke Stasiun guna membeli tiket. Kami menitipkan tas-tas kami, Check out, dan berlari mengejar mereka.

Sesampainya di Hua Lampong Rail way Station, kami melihat antrian yang cukup panjang di hari yang masih buta itu. Kami mencari-cari keberadaan Bli Sagit dan Bari yang ajaibnya tidak bisa kami temukan dimanapun.

Tak lama handphone Tari berdering dan Bari berteriak di sana, "Gue kesasar! Lo antri tiket buruan!!!"

Haizz, percuma mereka berlari-lari secepat kilat kalau pada akhirnya... kesasar!

Har akhirnya mengantri tiket, selang beberapa menit kemudian The Amazing Bari dan Bli Sagit Omes muncul dengan nafas tersengal. Haha

Antrian yang cukup panjang cukup memakan waktu. Fajar mulai menyingsing ketika tiket dibagikan pada kami. Kereta berangkat pukul setengah tujuh. Masih cukup lama sebenarnya, namun itu, antri tiketnya harus secepat mungkin. Melelahkan memang.

Menunggu Har beli tiket kereta
Akhirnya pukul setengah tujuh pun tiba. Dengan PeDenya kami menaiki gerbong kereta yang tampak lengang dan kosong. Kami menempati dua tempat duduk yang saling berhadapan serta satu tempat duduk terpisah di depan.


Kereta berjalan lambat, bahkan menurut pantauan kami, Tuk-tuk saja berjalan lebih cepat! Kami menghabiskan waktu dengan saling bercanda, berkelakar dan saling membully! Suara tawa kami sepertinya cukup cetar membahana dan mengganggu penumpang lokal. Tapi namanya juga tourist, masih anak muda semua, cakep-cakep semua lagi (promolah sedikit) susah kalo di suruh diem, pasti ga lama ngikik lagi! Maklum.

 




Tapi akhirnya tawa kami benar-benar terhenti ketika seorang petugas kereta yang berseragam menghampiri kami. Dia berbicara cepat dalam bahasa Thai yang langsung disambut muka melongo kami. Akhirnya beliaupun paham bahwa kami bukan orang Thailand (Muka dan paras kita dengan orang Thai sebelas-duabelas) dan dengan bahasa inggris seadanya dia menerangkan bahwa tiket yang kami beli bukan untuk gerbong ini. Ini Gerbong VIP yang harganya tiketnya lebih mahal 50 Baht. Kami langsung memperhatikan tiket kami, dan setelah membolak-baliknya masih tidak mengerti apa yang tertulis di sana kecuali angka 20 Baht. Kami pun paham, bahwa tanpa izin kami telah berbuat keonaran di gerbong yang salah, haha... dasar anak muda.



 

Untungnya si Bapak bukannya mengusir kita, namun menawarkan untuk membeli tiket tambahan agar bisa tetap duduk di bangku VIP ini. Kami pun menyetujui. Ga kebayang kalo harus berdiri sampai Ayutthaya! (Ngakunya backpacker tapi ga mau capek!)

Si bapak membuat nota tambahan untuk pembelian tiket tadi dan membiarkan kita untuk kembali menikmati perjalanan. Beliau berjanji ketika sudah tiba di Ayutthaya akan menginformasikan pada kami. Sebenarnya gue curiga si Bapak melakukan scam, tapi melihat sepi dan damainya isi gerbong ini, mungkin benar ini memang kelas VIP, haha.

Pak Masinis berlalu setelah menegur kita
Tiket tambahan yang terpaksa harus di beli untuk tetap bisa duduk di Gerbong VIP
Kurang lebih jam sembilanan kami tiba di Ayutthaya, dan benar saja, dari peron kami dapat melihat, gerbong selain gerbong kami itu full oleh manusia yang saling tumpang tindih! haha, kalau kami jadi ambil yang 20 Baht, di sanalah kami berada sepertinya.



Dengan pedenya kami bertanya kepada touris information staff tentang tour di Ayutthaya. Catatan, tulisannya memang Ayutthaya, tapi warga lokal menyebutnya ayyu-thiya. Mereka menawarkan jasa tuk-tuk keliling. Awalnya harga yang di tawarkan 250 Baht, sebenarnya kalo kalian jago nawar, mungkin bisa deal hingga 100-150 Baht, namun Nenek, kawan kami tercinta terlanjur keceplosan 200 Baht. Jadilah kami deal 200 Baht per orang per empat jam untuk menyewa tuk-tuk, yang artinya si abang tuk-tuk keenakan dapet 1600 Baht dari kita. (Lirik Nenek dengan pandangan berkobar!)

  



Tuk-Tuknya lumayan bagus, Abangnya meski bahasa Inggrisnya apa adanya, tapi beliau ngerti mau kita. Kami pun langsung menuju candi yang pertama, The Sleeping Budha di Wat Chaimongkhon. Karena Kami hanya memiliki waktu empat jam, kami sepakat untuk membagi waktu sesingkat mungkin untuk setiap candi, yang pada akhirnya meleset karena dari sepuluh orang Packer Be yang berpetualang di Ayutthaya pagi ini, kesepuluh-sepuluhnya narsis semua. Waktu setengah jam per candi pun bisa molor hingga satu jam. #facepalm. Di candi ini terdapat satu patuh Budha yang teramat besar sedang tidur dengan posisi miring dan mata terbuka. Setelah kami puas berfoto, kami pun melanjutkan perjalannya berikutnya ke Wat Maha That.





Komplek Wat Chaimongkhon
Di Kompleks candi ini terdapat banyak sekali jejeran patung Budha tanpa kepala, dan yang paling menarik adalah sebuah patung kepala Budha yang amat besar tanpa badan tertanam di akar pohon raksasa. Situs ini terkenal dengan sebutan Budha Head in Tree.






Komplek Wat Maha That

Dari situ kami melanjutkan perjalanan setelah sejenak mencicipi es krim dalam kelapa yang secara hari lagi lumayan terik rasanya jadi terasa nyess dan yahut sekali. Harganya sekitar 25 Baht.

Berikutnya Driver kami mengantar kami ke Viharn Phra Mongkol Bophit, yang di dalamnya terdapat patung Perunggu Budha yang amat besar dari abad pertengahan.
 


Komplek Viharn Phra Mongkol Bophit
Waktu menjelang pukul setengah dua dan kami belum makan siang. Kami meminta driver kami untuk mengantar kami ke warung makan halal, yang memang sudah kami sebutkan di awal kami menyewa tuk-tuk beliau. Dan Alhamdulillah yaaaa... dalam sejarah perjalanan kami di Thailand, baru kali ini kami menemukan makanan enak pake banget yang halal di makan. Driver kami membawa kami ke daerah di mana rumah makan muslim berjejer dan kita yang selama ini bagai berjalan di gurun sahara bagai menemukan Oase.
 

Rumah makan-rumah makan tersebut di kelola oleh Muslim Thailand. Pemiliknya berjilbab dan tersenyum ramah. Masakannya??? Jangan tanya, THE BEST!!! Enak banget!!! Gue pesen Spicy Roasted Duck, yang lain pun memesan beraneka macam menu makanan khas Thailand dan menu-menu itu terlihat sangat mewah sekali. Biasanya kalau menunya mewah, kami akan mencari menu termurah untuk di pesan. Namun di karenakan kami hampir belum makan dari semalam (Pop Mie tidak masuk hitungan!) Kami pun lupa dengan gaya hidup backpacker kami yang penuh dengan pengiritan. Kami memesan apa saja yang sanggup kami pesan, bahkan kami memesan untuk take away (Khawatir nanti malam ga nemu makanan lagi, haha).


Muslim Food di Ayutthaya
Setelah puas makan, kami pun meminta bill, dan alangkah terkejutnya kami ketika melihat bill tersebut! Dengan tidak percaya kami melirik si Ibu yang tengah tersenyum manis, "It is?" Beliau mengangguk.

Bayangkan, Satu Porsi Spicy Roasted Duck yang enaknya pake banget, dengan nasi hanya di banderol 60 Baht!!!!!!!!!! Kemaren di Patong beach gue makan nasi goreng rasa standard di Indian Resto hampir 100 Baht! Trus di stasiun Hua Lampong makan-makanan ala warThai 50 Baht, sekarang... makanan semewah dan seenak ini, cuma 60 Baht??? Kenapa warung makan seenak ini harus berada jauh di Ayutthaya?????

Setelah membayar semua makanan dan minuman kami, gue berbisik pada si Ibu menanyakan mushola terdekat karena kami belum sholat. Si Ibu dengan senyuman ramahnya menawari kami untuk Sholat di rumahnya yang notabene berada tepat di belakang Rumah makan ini. Dengan gembira kami menerima tawaran si Ibu dan kami pun Sholat bergantian.

Setelah beres semua, Driver menawari kami untuk melanjutkan perjalanan wisata candi kembali, namun kami menolak karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore, kamu harus segera berangkat ke Pattaya. Dengan koneksi yang dimiliki driver kami, beliau mengantarkan kami ke tempat parkiran Mini Bus yang sedang "nge-tem" mencari penumpang.

Mini Bus tersebut menuju Victory Monumen, dengan tarif 100 Baht per orang kami pun berangkat. Perjalanan ke Victory Monumen kurang lebih satu sampai satu setengah jam yang kami isi dengan momen canda, kelakar dan saling membully. Akhirnya kamipun tiba di Victory Monumen.

Kami sempat tersesat di sini, Sembari tersesat kami jajan makanan ringan nan halal berupa buah-buahan, ke toilet di salah satu Mall, dan bertabrakan dengan seorang Bencong sejati. Akhirnya setelah bertanya ke kiri dan kanan (walau tak satu pertanyaan pun di jawab dalam bahasa inggris sehingga membuat kami makin bingung) Kami pun berhasil menemukan agen mini bus yang menuju Pattaya di depan Sevel di Victory Monumen.


Setelah membeli minuman dan men-Top Up pulsa kami pun berangkat ke Pattaya.

Perjalanan kami masih berlanjut, silakan baca kisah kami selanjutnya, The Incredible Night at Pattaya City 

Kita Untuk Selamanya ( A Journal )