Thursday, October 24, 2013

The Incredible Night at Pattaya City

Kenapa Incredible??? Yaaaaa... begitulah, words are not enough to explain, haha

Belum baca kisah kita sebelumnya? Check dulu Bangkok, One Night Stand Part 2



Mini Bus yang kami tumpangi melaju dalam keheningan. Kenapa kami hening? Itu karena ada penumpang lokal nan galak menyemprot keberisikan kami, alhasil kami diam, sedikit down mood kami gara-gara tante galak yang tidak berjiwa muda itu. Mana jalan tol menuju Pattaya seperti tidak berujung pula!

Meski demikian akhirnya kami pun tiba di Pattaya City. Kota ini seperti Patong Beach, hanya saja tiga kali lebih ramai, dan tiga kali lebih "Blink-blink!". Dengan menggunakan Googel Maps kami mencari letak motel yang telah kami Booking.

Kami berjalan cukup jauh, namun anehnya kami yang biasanya protes kalo disuruh jalan dari depan komplek ke rumah saja, kali ini melangkah dengan pasti walau tubuh sudah sempoyongan. Akhirnya kami menemukan motel tempat kami menginap, yaitu Siam Guest House. Setelah menaruh barang bawaan dan menyantap makanan yang kami order dari Ayutthaya, kami pun kembali mengarungi jalan sekitar pukul delapan malam guna mencari makan (Ga semua dari kami pesan makanan take away di Ayutthaya).

Kami pun menuju Pantai yang sekali lagi, kalau di banding dengan pantai di sepanjang garis pantai Indonesia, engga ada apa-apanya. Namun Pantai ini cukup membuat kami terkena Culture shock yang cukup akut. Bagaimana tidak? sepanjang jalan di Pattaya Beach itu, para waria a.k.a Lady boy a.k.a Kathoey dan para wanita cantik tuna susila berjejer menjajakan diri. Bule-bule maupun tourist dari berbagai bangsa berseliweran dimana-mana, saling belai dan bermain mata. Astaghfirullohal 'adzim, kami salah pilih tempat bermain saudara-saudara. Nasi sudah menjadi bubur, kami sudah disini, mari kita menjaga diri dan menikmati malam yang singkat di negeri nan jauh ini, halah...

Kami berjalan di antara bule-bule dan waria-waria, juga wanita-wanita yang sedang bertransaksi. Ada yang menolak, namun ada yang langsung menerima, dunia oh dunia...




Kami masuk ke KFC di salah satu Mall, Bli Sagit dan Jaya langsung memesan makanan sementara kami memesan Beverages. Setelah makan kami kembali melangkah mengarungi malam yang gemerlap di Pattaya. Semakin jauh kami melangkah, semakin gemerlap dan hingar bingar suasana. Hingga kami melihat gerbang masuk besar bertuliskan, "WALKING STREET!" Uh yeah!


Suasana di Walking Street itu benar-benar mengharukan. Ribuan Bar dengan musiknya yang keras dan memekakan telinga, lampunya yang gemerlap berkelap-kelip dan para wanitanya yang menjajakan diri secara terang-terangan di sepanjang jalan di walking street ini. Ratusan orang menyodorkan brosur yang isinya bukan makanan, tapi service yang memuaskan syahwat terutama lelaki. Gue ajah pas di sodorin, malu baca isi menunya! Damn!!!






A Glimpse Of Walking Street, Pattaya City

Etalase-etalase bukan berisi manekin, tapi para wanita cantik (Bule maupun lokal) yang sedang berputar-putar pada palang melakukan striptease secara live sehingga para pelancong di luar bisa menonton tanpa harus masuk ke Bar, well mereka engga totally naked sih, you want more? Go inside!


Massage shop di Patong Beach jelas tidak ada apa-apanya di sini. Gue denger-denger para PSK ini termasuk cukup murah loh, bisa hanya 200 Baht untuk bermalam bersama mereka? Anda berkenan? Kalo ke lima PackerBeau yang jalan bersama kita ada yang berkenan, udah habis kita bantai trus kita ceburin ke laut!!!


Jalan itu bagai tiada akhir, kegilaan di sana makin menjadi, berbagai tontonan menarik di sajikan para pekerja seni jalanan di jalan itu, seperti sulap, balet dan lain-lainnya di selingi para PSK dan waria yang juga sedang sibuk berjualan. Malam itu WAH buat kami.


Akhirnya ujung jalan terlihat, setelah puas berfoto-foto ria di tulisan besar Pattaya City, kami pun memutuskan untuk kembali ke motel, secara hari sudah menjelang tengah malam pula. Namun yang jadi masalah, selain jalan yang jauh memutar, hanya Walking Street-lah jalan kami kembali. Dengan mind set go straight forward, kami pun melangkah dengan kecepatan super kembali mengarungi Walking Street yang seolah tak pernah mati.

Akhirnya kami berada di jalan normal. Normal di banding Walking Street, tapi tetap parah di banding jalanan normal kebanyakan. Kami mampir ke Sevel seperti biasa, mengisi persediaan, dan melangkah cepat ke Motel yang rasanya jauh sekali. Sesampainya tanpa babibu kami mandi dan pergi tidur. Besok adalah hari Sabtu, 19 Oktober 2013, hari terakhir kami mengarungi Thailand.

GOING CRAZY TO ALL OVER BANGKOK CITY

We seriously can't stop.

Pagi-pagi buta seperti biasa kami berjuang melawan kantuk. Sebuah Mini Bus menjemput kami tepat jam setengah enam pagi. Kami pun diantar menuju pool Bus yang menuju ke Svarnabhumi Airport. Bus tersebut sangat bagus, spacious dan nyaman. Bus melaju selama kurang lebih satu jam ke Svarnabhumi Airport. Jangan salah paham, ya! Kami ke airport ini bukan karena kami memiliki jadwal flight pesawat kemana pun, tapi kami hanya berniat melakukan sightseeing saja. Haha...


Svarnabhumi sangat megah dan mewah, jujur kalo gue disuruh terbang sendirian balik ke Indonesia dari sini, gue pasti bakal nyasar. Kami pun berfoto-foto ria. Setelah puas kami pun menuju airport Skytrain Station dan dengan Skytrain kami  menuju Makkasan Station. Kami transit ke Phetchaburi MRT Station dan langsung menuju Hua Lampong dengan MRT.

Setelah tiba di @Hua Lampong Hotel, kami kembali check in dan bergegas untuk mengganti pakaian kami dengan yang baru karena dari kemarin kami masih menggunakan pakaian yang sama. Setelah semua siap kami pun kembali menuju MRT station.

Dengan MRT kami menuju Si Lom Station, lanjut naik BTS dari Sala Daeng Station ke Saphan Taksin Station, dari sana menyebrangi Taksin Bridge menuju dermaga, naik River Boat dengan bendera berwarna biru, tarifnya 40 Baht per orang, lalu langsung menuju Pier No.8 Tha Tien. Tujuan Kami adalah Wat Arun nan cantik. Dengan Boat kecil kami menyebrang ke Komplek Wat Arun.









Di Wat Arun sebagian dari kami sudah mulai berbelanja. Disini kabarnya cinderamata harganya lebih miring dari Chatuchak Weekend Market, tapi enggak selamanya. Hati-hati terhadap penjual nakal yang hobby melakukan scam. Ada satu toko di bagian paling depan menuju pintu keluar kalau kita dari dalam komplek candi, dia terpisah sendiri dari toko-toko cinderamata lainnya. Toko ini harganya lebih miring dan tidak melakukan scam. Kita bahkan bisa menawar dalam bahasa Indonesia karena sang empunya toko sepertinya sudah banyak bertransaksi dengan tourist dari Indonesia.



Komplek Wat Arun





Puas bermain di Wat Arun kami kembali menyebrang menuju Tha Tien Pier dengan perahu kecil dan dari sana kami melintasi pasar menuju Wat Pho. Di pasar ini banyak yang menjual minuman jus buah murni dan segar dengan harga antara 20 - 30 Baht. Cobain Jus Mangga sama Sticky Rice with manggo nya deh, nyummiiii....





Komplek Wat Pho

Ongkos masuk Wat Pho cukup mahal, 100 Baht per orang, dalam rangka penghematan untuk belanja nanti sore di Chatuchak, kami pun mengutus Har Sejong saja yang masuk, dan yang lain menunggu sambil jajan kudapan di depan komplek Wat Pho.

 


Setelah Har kembali dari Wat Pho Expedition-nya, kami pun melanjutkan perjalanan menuju The Grand Palace. Hati-hati, di sini harus rapi jali dan ngga boleh sembarangan. Kami yang tadinya bersemangat 45 mau menjelajah The Grand Palace, harus urung karena tiket per orang lumayan mahal 500 Baht, dan kali ini tak seorang pun berkenan menjadi utusan untuk masuk ke dalam (Kami Backpacker Bokek, hahaha!).

Akhirnya kami hanya berfoto-foto di sekitar halaman komplek The Grand Palace, lumayan keren juga kok (menghibur diri).





The Grand Palace
Puas narsis di The Grand Palace, kami pun beranjak menuju Halte Bus. Dengan Bus bernomor 44 dan ongkos sebesar 16 Baht per orang kami menuju Chatuchak Park, The Weekend Market. Time for Shopping!

Setelah hampir satu jam berkendara, kami pun tiba. Langsung saja naluri belanja kami, terutama Packerbelle, bergelora. Dalam sekejap kami sudah tersebar ke berbagai penjuru. Kalau pintar menawar, belanja kaos di sini bisa sekitar 80-100 Baht per potong. Dan Miss OMG Tari kalap hingga membeli tiga lusin kaos di sini. 


Kami belanja hingga senjapun larut. Setelah berkeliling mencari warung Makanan halal di Ruko Blok 16 yang ternyata tutup, kami pun menemukan warung kebab. Setelah kenyang, dengan tentengan di kiri dan kanan berkantong-kantong plastik oleh-oleh buat mereka yang menanti di Tanah Air, serta kaki super kebas mati rasa, kami berjalan ke Mo Chit dan langsung menuju Hua Lampong dengan MRT.

Waktu masih agak sore ketika kami sampai di @Hua Lampong Hotel, 20.30 waktu Bangkok. Setelah mandi, kami packing. Karena besok jam setengah lima pagi kami akan kembali pulang. Perjalanan kami telah berakhir malam ini. Bli Sagit dan Jaya akan terbang langsung ke Bali dari Dong Muang Airport. Itu artinya malam itu adalah "Malam terakhir bagi kita" (langsung joget Dangdut) dapat bertegur sapa secara langsung. Entah kapan kita bisa berjumpa mereka lagi.

Kami yang tersisa akan transit dulu di KLIA (nemenin Har Sejong gara-gara pesawat yang ke Pekan Baru transitnya hanya di KLIA) untuk kemudian terbang ke Jakarta.

Jakarta dengan sejuta kisahnya...

.
Us!!!

Documentary of Packerbe

Kita Untuk Selamanya ( A Jounal )

  Retaled Post :

2 comments:

  1. Diaah.. kok lo tau sih tuh harga nya 200 baht per night? Hotel kita di hua lamphong aja 400baht per night..

    ReplyDelete
  2. Hasil Riset, penyelidikan, dan Investigasi Mbah Google Ska! Haha, Ska mau???

    ReplyDelete