Thursday, October 24, 2013

Bangkok, One Night Stand Part 2

Seperti malam-malam sebelumnya, malam ini pun kami almost one night stand, tidur cuma tiga jam-an... alhasil banyak yang kesiangan dan kudu di dobrak pintunya biar bisa bangun.

Untuk Kisah kita sebelumnya, baca Patong Beach, One Night Stand Part 1 dulu yaa...


Setelah Packerbe kembali terkumpul sepuluh orang di loby hotel @Hua Lampong, kami pun menempati kamar masing-masing. Har Sejong sebagai kepala suku memberi waktu setengah jam buat kami bersiap. Jam Empat sore teng kami sudah harus melangkah lagi menuju Madame Tassaud, Museum Lilin. Dengan kaki yang rasanya mulai kebas setiap kali melangkah, kami pun berjalan cepat menuju stasiun MRT. Kami menuju Si Lom Station dengan ongkos 18 Baht dan lanjut naik BTS dari Sala Daeng ke National Stadium. Dari sana kami menuju ke Siam Discovery 989 Rama I Road, lantai 6 dan menikmati foto bareng orang-orang terkenal seluruh dunia versi patung lilinnya, haha. Some photos look so real!!!


 


 
 







 

Lepas senja kami kembali menuju ke National Station dan langsung menaiki BTS  menuju ke  Saphan Taksin Station. Dari Saphan Taksin kami keluar melalui pintu Exit 2 menuju Dermaga kecil bernama Sathron Pier di tepi sungai Chao Praya guna menyebrang untuk mengunjungi Night Market di Asiatique.

  


Makan ga makan asal kumpul!
Di Asiatique terdapat Bianglala besar seperti Singapore Flyer yang bernama Mekhong. Sambil menahan lapar (Disini agak sulit mencari makanan halal dan murah) kami berjalan menikmati suasana malam di Asiatique yang ramai dan ceria penuh kegemerlapan. Puas berfoto-foto kami pun beranjak untuk mencari makanan. Namun walau waktu sudah menunjukan pukul setengah sepuluh, tak satupun resto halal kami temukan di sini. Dengan tenaga sisa kami kembali ke Dermaga dan mengarungi sungai Chao Praya. Perut Boleh lapar... tapi keceriaan tak berkurang di wajah kami, karena makan ga makan... asal kumpul!

Sesampainya kembali di Hua Lampong, Langkah kami mulai terlihat persis seperti Zombie. Terang saja, Gue dan Bari terakhir makan tadi pagi jam sepuluh di food court railway stasiun. Sementara kedelapan anak lainnya makan di Phuket tadi pagi juga... alhasil kami ini "EAT LESS WALK MORE!"

Kami bertanya pada Ketua Gank Kami, Har Sejong, "Har, laper... Kapan kita makan?". Dengan kalem Har menjawab, "Makan??? Itu tidak ada dalam jadwal itinerary kita!" #Gubrak!!!

Sebelum kembali ke Hotel yang sudah di depan mata, mata kami bertubrukan dengan Sevel. Dengan langkah gontai kami menyerang sevel dengan Misi mencari makanan berlabel halal, apapun jenisnya! Bagai Petugas Dinas Kesehatan kami mensortir semua makanan. Bear Brand dan produk Nestle lolos uji halal, tapi mereka kan minuman??? Tak satu roti pun lolos dari uji halal, kami sudah hampir menyerah dengan hanya membeli berkaleng-kaleng bear brand sampai akhirnya Yunee berkata bahwa di ujung, paling sudut, di bagian dalam... ada Mie Instan yang halal! Oh mama, anakmu selamat!

Yunee dan Danang menikmati Mie Instan ala Sevel di emperan.
Danang kalap dengan menyantap tiga Mie Instan sekaligus, Bari dan Har seperti tak mau kalah, Gue ga selera ama Mie Instan, namun apa daya. kami pun melahap makanan tersebut di emperan Sevel. Sungguh pemandangan yang tragis!

Thanks to Bli Sagit and Jaya, yang walau mereka tidak memiliki masalah dengan makanan tanpa label halal, rasa solidaritas mereka teramat tinggi melampaui menara Petronas sehingga mereka rela menemani kami berlapar-lapar ria sebelum akhirnya kami menemukan makanan. Salute to you guys!

Jam hampir menunjukan  pukul sebelas malam. Kami harus segera kembali ke Hotel untuk packing dan beristirahat. Besok seperti biasa, jam tiga pagi harus sudah bangun, Check Out dan melanjutkan perjalanan menuju ke Barat (Oops, itu mah Biksu Tong Dkk yah!).

MORNING TRAIN, TUK-TUK AND THE EXOTIC AYUTTHAYA.

Tari Mendobrak kamar Gue dan Nenek pukul empat pagi! Dia berteriak, "WOI BANGUN!"

Yapp, gue kesiangan! Lebih tepatnya tujuh dari sepuluh anak bangun kesiangan.

Dengan agak panik kami mempersiapkan diri dan berlari-lari keluar kamar dengan membawa back pack di punggung masing-masing. Kami tidak boleh ketinggalan kereta terpagi yang menuju Ayutthaya.

Untungnya @Hua Lampong Hotel Menerima Jasa penitipan baggage apapun jenisnya dengan hanya 20 Baht permalam. Tanpa Ba bi bu, Bli Sagit dan Bari yang memang sudah siap lebih awal berlari ke Stasiun guna membeli tiket. Kami menitipkan tas-tas kami, Check out, dan berlari mengejar mereka.

Sesampainya di Hua Lampong Rail way Station, kami melihat antrian yang cukup panjang di hari yang masih buta itu. Kami mencari-cari keberadaan Bli Sagit dan Bari yang ajaibnya tidak bisa kami temukan dimanapun.

Tak lama handphone Tari berdering dan Bari berteriak di sana, "Gue kesasar! Lo antri tiket buruan!!!"

Haizz, percuma mereka berlari-lari secepat kilat kalau pada akhirnya... kesasar!

Har akhirnya mengantri tiket, selang beberapa menit kemudian The Amazing Bari dan Bli Sagit Omes muncul dengan nafas tersengal. Haha

Antrian yang cukup panjang cukup memakan waktu. Fajar mulai menyingsing ketika tiket dibagikan pada kami. Kereta berangkat pukul setengah tujuh. Masih cukup lama sebenarnya, namun itu, antri tiketnya harus secepat mungkin. Melelahkan memang.

Menunggu Har beli tiket kereta
Akhirnya pukul setengah tujuh pun tiba. Dengan PeDenya kami menaiki gerbong kereta yang tampak lengang dan kosong. Kami menempati dua tempat duduk yang saling berhadapan serta satu tempat duduk terpisah di depan.


Kereta berjalan lambat, bahkan menurut pantauan kami, Tuk-tuk saja berjalan lebih cepat! Kami menghabiskan waktu dengan saling bercanda, berkelakar dan saling membully! Suara tawa kami sepertinya cukup cetar membahana dan mengganggu penumpang lokal. Tapi namanya juga tourist, masih anak muda semua, cakep-cakep semua lagi (promolah sedikit) susah kalo di suruh diem, pasti ga lama ngikik lagi! Maklum.

 




Tapi akhirnya tawa kami benar-benar terhenti ketika seorang petugas kereta yang berseragam menghampiri kami. Dia berbicara cepat dalam bahasa Thai yang langsung disambut muka melongo kami. Akhirnya beliaupun paham bahwa kami bukan orang Thailand (Muka dan paras kita dengan orang Thai sebelas-duabelas) dan dengan bahasa inggris seadanya dia menerangkan bahwa tiket yang kami beli bukan untuk gerbong ini. Ini Gerbong VIP yang harganya tiketnya lebih mahal 50 Baht. Kami langsung memperhatikan tiket kami, dan setelah membolak-baliknya masih tidak mengerti apa yang tertulis di sana kecuali angka 20 Baht. Kami pun paham, bahwa tanpa izin kami telah berbuat keonaran di gerbong yang salah, haha... dasar anak muda.



 

Untungnya si Bapak bukannya mengusir kita, namun menawarkan untuk membeli tiket tambahan agar bisa tetap duduk di bangku VIP ini. Kami pun menyetujui. Ga kebayang kalo harus berdiri sampai Ayutthaya! (Ngakunya backpacker tapi ga mau capek!)

Si bapak membuat nota tambahan untuk pembelian tiket tadi dan membiarkan kita untuk kembali menikmati perjalanan. Beliau berjanji ketika sudah tiba di Ayutthaya akan menginformasikan pada kami. Sebenarnya gue curiga si Bapak melakukan scam, tapi melihat sepi dan damainya isi gerbong ini, mungkin benar ini memang kelas VIP, haha.

Pak Masinis berlalu setelah menegur kita
Tiket tambahan yang terpaksa harus di beli untuk tetap bisa duduk di Gerbong VIP
Kurang lebih jam sembilanan kami tiba di Ayutthaya, dan benar saja, dari peron kami dapat melihat, gerbong selain gerbong kami itu full oleh manusia yang saling tumpang tindih! haha, kalau kami jadi ambil yang 20 Baht, di sanalah kami berada sepertinya.



Dengan pedenya kami bertanya kepada touris information staff tentang tour di Ayutthaya. Catatan, tulisannya memang Ayutthaya, tapi warga lokal menyebutnya ayyu-thiya. Mereka menawarkan jasa tuk-tuk keliling. Awalnya harga yang di tawarkan 250 Baht, sebenarnya kalo kalian jago nawar, mungkin bisa deal hingga 100-150 Baht, namun Nenek, kawan kami tercinta terlanjur keceplosan 200 Baht. Jadilah kami deal 200 Baht per orang per empat jam untuk menyewa tuk-tuk, yang artinya si abang tuk-tuk keenakan dapet 1600 Baht dari kita. (Lirik Nenek dengan pandangan berkobar!)

  



Tuk-Tuknya lumayan bagus, Abangnya meski bahasa Inggrisnya apa adanya, tapi beliau ngerti mau kita. Kami pun langsung menuju candi yang pertama, The Sleeping Budha di Wat Chaimongkhon. Karena Kami hanya memiliki waktu empat jam, kami sepakat untuk membagi waktu sesingkat mungkin untuk setiap candi, yang pada akhirnya meleset karena dari sepuluh orang Packer Be yang berpetualang di Ayutthaya pagi ini, kesepuluh-sepuluhnya narsis semua. Waktu setengah jam per candi pun bisa molor hingga satu jam. #facepalm. Di candi ini terdapat satu patuh Budha yang teramat besar sedang tidur dengan posisi miring dan mata terbuka. Setelah kami puas berfoto, kami pun melanjutkan perjalannya berikutnya ke Wat Maha That.





Komplek Wat Chaimongkhon
Di Kompleks candi ini terdapat banyak sekali jejeran patung Budha tanpa kepala, dan yang paling menarik adalah sebuah patung kepala Budha yang amat besar tanpa badan tertanam di akar pohon raksasa. Situs ini terkenal dengan sebutan Budha Head in Tree.






Komplek Wat Maha That

Dari situ kami melanjutkan perjalanan setelah sejenak mencicipi es krim dalam kelapa yang secara hari lagi lumayan terik rasanya jadi terasa nyess dan yahut sekali. Harganya sekitar 25 Baht.

Berikutnya Driver kami mengantar kami ke Viharn Phra Mongkol Bophit, yang di dalamnya terdapat patung Perunggu Budha yang amat besar dari abad pertengahan.
 


Komplek Viharn Phra Mongkol Bophit
Waktu menjelang pukul setengah dua dan kami belum makan siang. Kami meminta driver kami untuk mengantar kami ke warung makan halal, yang memang sudah kami sebutkan di awal kami menyewa tuk-tuk beliau. Dan Alhamdulillah yaaaa... dalam sejarah perjalanan kami di Thailand, baru kali ini kami menemukan makanan enak pake banget yang halal di makan. Driver kami membawa kami ke daerah di mana rumah makan muslim berjejer dan kita yang selama ini bagai berjalan di gurun sahara bagai menemukan Oase.
 

Rumah makan-rumah makan tersebut di kelola oleh Muslim Thailand. Pemiliknya berjilbab dan tersenyum ramah. Masakannya??? Jangan tanya, THE BEST!!! Enak banget!!! Gue pesen Spicy Roasted Duck, yang lain pun memesan beraneka macam menu makanan khas Thailand dan menu-menu itu terlihat sangat mewah sekali. Biasanya kalau menunya mewah, kami akan mencari menu termurah untuk di pesan. Namun di karenakan kami hampir belum makan dari semalam (Pop Mie tidak masuk hitungan!) Kami pun lupa dengan gaya hidup backpacker kami yang penuh dengan pengiritan. Kami memesan apa saja yang sanggup kami pesan, bahkan kami memesan untuk take away (Khawatir nanti malam ga nemu makanan lagi, haha).


Muslim Food di Ayutthaya
Setelah puas makan, kami pun meminta bill, dan alangkah terkejutnya kami ketika melihat bill tersebut! Dengan tidak percaya kami melirik si Ibu yang tengah tersenyum manis, "It is?" Beliau mengangguk.

Bayangkan, Satu Porsi Spicy Roasted Duck yang enaknya pake banget, dengan nasi hanya di banderol 60 Baht!!!!!!!!!! Kemaren di Patong beach gue makan nasi goreng rasa standard di Indian Resto hampir 100 Baht! Trus di stasiun Hua Lampong makan-makanan ala warThai 50 Baht, sekarang... makanan semewah dan seenak ini, cuma 60 Baht??? Kenapa warung makan seenak ini harus berada jauh di Ayutthaya?????

Setelah membayar semua makanan dan minuman kami, gue berbisik pada si Ibu menanyakan mushola terdekat karena kami belum sholat. Si Ibu dengan senyuman ramahnya menawari kami untuk Sholat di rumahnya yang notabene berada tepat di belakang Rumah makan ini. Dengan gembira kami menerima tawaran si Ibu dan kami pun Sholat bergantian.

Setelah beres semua, Driver menawari kami untuk melanjutkan perjalanan wisata candi kembali, namun kami menolak karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore, kamu harus segera berangkat ke Pattaya. Dengan koneksi yang dimiliki driver kami, beliau mengantarkan kami ke tempat parkiran Mini Bus yang sedang "nge-tem" mencari penumpang.

Mini Bus tersebut menuju Victory Monumen, dengan tarif 100 Baht per orang kami pun berangkat. Perjalanan ke Victory Monumen kurang lebih satu sampai satu setengah jam yang kami isi dengan momen canda, kelakar dan saling membully. Akhirnya kamipun tiba di Victory Monumen.

Kami sempat tersesat di sini, Sembari tersesat kami jajan makanan ringan nan halal berupa buah-buahan, ke toilet di salah satu Mall, dan bertabrakan dengan seorang Bencong sejati. Akhirnya setelah bertanya ke kiri dan kanan (walau tak satu pertanyaan pun di jawab dalam bahasa inggris sehingga membuat kami makin bingung) Kami pun berhasil menemukan agen mini bus yang menuju Pattaya di depan Sevel di Victory Monumen.


Setelah membeli minuman dan men-Top Up pulsa kami pun berangkat ke Pattaya.

Perjalanan kami masih berlanjut, silakan baca kisah kami selanjutnya, The Incredible Night at Pattaya City 

Kita Untuk Selamanya ( A Journal )

No comments:

Post a Comment