Seperti
malam-malam sebelumnya, malam ini pun kami almost one night stand,
tidur cuma tiga jam-an... alhasil banyak yang kesiangan dan kudu di
dobrak pintunya biar bisa bangun.
Untuk Kisah kita sebelumnya, baca Patong Beach, One Night Stand Part 1 dulu yaa...
Setelah Packerbe
kembali terkumpul sepuluh orang di loby hotel @Hua Lampong, kami pun
menempati kamar masing-masing. Har Sejong sebagai kepala suku memberi
waktu setengah jam buat kami bersiap. Jam Empat sore teng kami sudah
harus melangkah lagi menuju Madame Tassaud, Museum Lilin. Dengan kaki
yang rasanya mulai kebas setiap kali melangkah, kami pun berjalan cepat
menuju stasiun MRT. Kami menuju Si Lom Station dengan ongkos 18 Baht dan
lanjut naik BTS dari Sala Daeng ke National Stadium. Dari sana kami
menuju ke Siam Discovery 989 Rama I Road, lantai 6 dan menikmati foto
bareng orang-orang terkenal seluruh dunia versi patung lilinnya, haha.
Some photos look so real!!!
Lepas senja kami kembali
menuju ke National Station dan langsung menaiki BTS menuju ke Saphan
Taksin Station. Dari Saphan Taksin kami keluar melalui pintu Exit 2
menuju Dermaga kecil bernama Sathron Pier di tepi sungai Chao Praya guna
menyebrang untuk mengunjungi Night Market di Asiatique.
Makan ga makan asal kumpul! |
Di
Asiatique terdapat Bianglala besar seperti Singapore Flyer yang bernama
Mekhong. Sambil menahan lapar (Disini agak sulit mencari makanan halal
dan murah) kami berjalan menikmati suasana malam di Asiatique yang ramai
dan ceria penuh kegemerlapan. Puas berfoto-foto kami pun beranjak untuk
mencari makanan. Namun walau waktu sudah menunjukan pukul setengah
sepuluh, tak satupun resto halal kami temukan di sini. Dengan tenaga
sisa kami kembali ke Dermaga dan mengarungi sungai Chao Praya. Perut
Boleh lapar... tapi keceriaan tak berkurang di wajah kami, karena makan
ga makan... asal kumpul!
Sesampainya kembali di Hua
Lampong, Langkah kami mulai terlihat persis seperti Zombie. Terang saja,
Gue dan Bari terakhir makan tadi pagi jam sepuluh di food court railway
stasiun. Sementara kedelapan anak lainnya makan di Phuket tadi pagi
juga... alhasil kami ini "EAT LESS WALK MORE!"
Kami bertanya pada Ketua Gank Kami, Har Sejong, "Har, laper... Kapan kita makan?". Dengan kalem Har menjawab, "Makan??? Itu tidak ada dalam jadwal itinerary kita!" #Gubrak!!!
Sebelum
kembali ke Hotel yang sudah di depan mata, mata kami bertubrukan dengan
Sevel. Dengan langkah gontai kami menyerang sevel dengan Misi mencari
makanan berlabel halal, apapun jenisnya! Bagai Petugas Dinas Kesehatan
kami mensortir semua makanan. Bear Brand dan produk Nestle lolos uji
halal, tapi mereka kan minuman??? Tak satu roti pun lolos dari uji
halal, kami sudah hampir menyerah dengan hanya membeli berkaleng-kaleng
bear brand sampai akhirnya Yunee berkata bahwa di ujung, paling sudut,
di bagian dalam... ada Mie Instan yang halal! Oh mama, anakmu selamat!
Yunee dan Danang menikmati Mie Instan ala Sevel di emperan. |
Danang
kalap dengan menyantap tiga Mie Instan sekaligus, Bari dan Har seperti
tak mau kalah, Gue ga selera ama Mie Instan, namun apa daya. kami pun
melahap makanan tersebut di emperan Sevel. Sungguh pemandangan yang
tragis!
Thanks to Bli Sagit and Jaya, yang walau mereka
tidak memiliki masalah dengan makanan tanpa label halal, rasa
solidaritas mereka teramat tinggi melampaui menara Petronas sehingga
mereka rela menemani kami berlapar-lapar ria sebelum akhirnya kami
menemukan makanan. Salute to you guys!
Jam hampir
menunjukan pukul sebelas malam. Kami harus segera kembali ke Hotel
untuk packing dan beristirahat. Besok seperti biasa, jam tiga pagi harus
sudah bangun, Check Out dan melanjutkan perjalanan menuju ke Barat
(Oops, itu mah Biksu Tong Dkk yah!).
MORNING TRAIN, TUK-TUK AND THE EXOTIC AYUTTHAYA.
Tari Mendobrak kamar Gue dan Nenek pukul empat pagi! Dia berteriak, "WOI BANGUN!"
Yapp, gue kesiangan! Lebih tepatnya tujuh dari sepuluh anak bangun kesiangan.
Dengan
agak panik kami mempersiapkan diri dan berlari-lari keluar kamar dengan
membawa back pack di punggung masing-masing. Kami tidak boleh
ketinggalan kereta terpagi yang menuju Ayutthaya.
Untungnya @Hua
Lampong Hotel Menerima Jasa penitipan baggage apapun jenisnya dengan
hanya 20 Baht permalam. Tanpa Ba bi bu, Bli Sagit dan Bari yang memang
sudah siap lebih awal berlari ke Stasiun guna membeli tiket. Kami
menitipkan tas-tas kami, Check out, dan berlari mengejar mereka.
Sesampainya
di Hua Lampong Rail way Station, kami melihat antrian yang cukup
panjang di hari yang masih buta itu. Kami mencari-cari keberadaan Bli
Sagit dan Bari yang ajaibnya tidak bisa kami temukan dimanapun.
Tak lama handphone Tari berdering dan Bari berteriak di sana, "Gue kesasar! Lo antri tiket buruan!!!"
Haizz, percuma mereka berlari-lari secepat kilat kalau pada akhirnya... kesasar!
Har
akhirnya mengantri tiket, selang beberapa menit kemudian The Amazing
Bari dan Bli Sagit Omes muncul dengan nafas tersengal. Haha
Antrian
yang cukup panjang cukup memakan waktu. Fajar mulai menyingsing ketika
tiket dibagikan pada kami. Kereta berangkat pukul setengah tujuh. Masih
cukup lama sebenarnya, namun itu, antri tiketnya harus secepat mungkin.
Melelahkan memang.
Menunggu Har beli tiket kereta |
Akhirnya pukul setengah tujuh pun
tiba. Dengan PeDenya kami menaiki gerbong kereta yang tampak lengang dan
kosong. Kami menempati dua tempat duduk yang saling berhadapan serta
satu tempat duduk terpisah di depan.
Kereta berjalan
lambat, bahkan menurut pantauan kami, Tuk-tuk saja berjalan lebih cepat!
Kami menghabiskan waktu dengan saling bercanda, berkelakar dan saling
membully! Suara tawa kami sepertinya cukup cetar membahana dan
mengganggu penumpang lokal. Tapi namanya juga tourist, masih anak muda
semua, cakep-cakep semua lagi (promolah sedikit) susah kalo di suruh
diem, pasti ga lama ngikik lagi! Maklum.
Tapi akhirnya
tawa kami benar-benar terhenti ketika seorang petugas kereta yang
berseragam menghampiri kami. Dia berbicara cepat dalam bahasa Thai yang
langsung disambut muka melongo kami. Akhirnya beliaupun paham bahwa kami
bukan orang Thailand (Muka dan paras kita dengan orang Thai
sebelas-duabelas) dan dengan bahasa inggris seadanya dia menerangkan
bahwa tiket yang kami beli bukan untuk gerbong ini. Ini Gerbong VIP yang
harganya tiketnya lebih mahal 50 Baht. Kami langsung memperhatikan
tiket kami, dan setelah membolak-baliknya masih tidak mengerti apa yang
tertulis di sana kecuali angka 20 Baht. Kami pun paham, bahwa tanpa izin
kami telah berbuat keonaran di gerbong yang salah, haha... dasar anak
muda.
Untungnya si Bapak bukannya mengusir kita, namun
menawarkan untuk membeli tiket tambahan agar bisa tetap duduk di bangku
VIP ini. Kami pun menyetujui. Ga kebayang kalo harus berdiri sampai
Ayutthaya! (Ngakunya backpacker tapi ga mau capek!)
Si
bapak membuat nota tambahan untuk pembelian tiket tadi dan membiarkan
kita untuk kembali menikmati perjalanan. Beliau berjanji ketika sudah
tiba di Ayutthaya akan menginformasikan pada kami. Sebenarnya gue curiga
si Bapak melakukan scam, tapi melihat sepi dan damainya isi gerbong
ini, mungkin benar ini memang kelas VIP, haha.
Pak Masinis berlalu setelah menegur kita |
Tiket tambahan yang terpaksa harus di beli untuk tetap bisa duduk di Gerbong VIP |
Kurang
lebih jam sembilanan kami tiba di Ayutthaya, dan benar saja, dari peron
kami dapat melihat, gerbong selain gerbong kami itu full oleh manusia
yang saling tumpang tindih! haha, kalau kami jadi ambil yang 20 Baht, di
sanalah kami berada sepertinya.
Dengan pedenya kami
bertanya kepada touris information staff tentang tour di Ayutthaya.
Catatan, tulisannya memang Ayutthaya, tapi warga lokal menyebutnya ayyu-thiya. Mereka
menawarkan jasa tuk-tuk keliling. Awalnya harga yang di tawarkan 250
Baht, sebenarnya kalo kalian jago nawar, mungkin bisa deal hingga
100-150 Baht, namun Nenek, kawan kami tercinta terlanjur keceplosan 200
Baht. Jadilah kami deal 200 Baht per orang per empat jam untuk menyewa
tuk-tuk, yang artinya si abang tuk-tuk keenakan dapet 1600 Baht dari
kita. (Lirik Nenek dengan pandangan berkobar!)
Tuk-Tuknya
lumayan bagus, Abangnya meski bahasa Inggrisnya apa adanya, tapi beliau
ngerti mau kita. Kami pun langsung menuju candi yang pertama, The
Sleeping Budha di Wat Chaimongkhon. Karena Kami hanya memiliki waktu
empat jam, kami sepakat untuk membagi waktu sesingkat mungkin untuk
setiap candi, yang pada akhirnya meleset karena dari sepuluh orang
Packer Be yang berpetualang di Ayutthaya pagi ini, kesepuluh-sepuluhnya
narsis semua. Waktu setengah jam per candi pun bisa molor hingga satu
jam. #facepalm. Di candi ini terdapat satu patuh Budha yang teramat
besar sedang tidur dengan posisi miring dan mata terbuka. Setelah kami
puas berfoto, kami pun melanjutkan perjalannya berikutnya ke Wat Maha
That.
Komplek Wat Chaimongkhon |
Di Kompleks candi ini terdapat banyak sekali
jejeran patung Budha tanpa kepala, dan yang paling menarik adalah sebuah
patung kepala Budha yang amat besar tanpa badan tertanam di akar pohon
raksasa. Situs ini terkenal dengan sebutan Budha Head in Tree.
Komplek Wat Maha That |
Dari situ kami melanjutkan perjalanan setelah sejenak mencicipi es krim dalam kelapa yang secara hari lagi lumayan terik rasanya jadi terasa nyess dan yahut sekali. Harganya sekitar 25 Baht.
Berikutnya
Driver kami mengantar kami ke Viharn Phra Mongkol Bophit, yang di
dalamnya terdapat patung Perunggu Budha yang amat besar dari abad
pertengahan.
Waktu menjelang pukul setengah dua dan
kami belum makan siang. Kami meminta driver kami untuk mengantar kami
ke warung makan halal, yang memang sudah kami sebutkan di awal kami
menyewa tuk-tuk beliau. Dan Alhamdulillah yaaaa... dalam sejarah
perjalanan kami di Thailand, baru kali ini kami menemukan makanan enak
pake banget yang halal di makan. Driver kami membawa kami ke daerah di
mana rumah makan muslim berjejer dan kita yang selama ini bagai berjalan
di gurun sahara bagai menemukan Oase.
Rumah makan-rumah makan tersebut di kelola oleh Muslim Thailand. Pemiliknya berjilbab dan tersenyum ramah. Masakannya??? Jangan tanya, THE BEST!!! Enak banget!!! Gue pesen Spicy Roasted Duck, yang lain pun memesan beraneka macam menu makanan khas Thailand dan menu-menu itu terlihat sangat mewah sekali. Biasanya kalau menunya mewah, kami akan mencari menu termurah untuk di pesan. Namun di karenakan kami hampir belum makan dari semalam (Pop Mie tidak masuk hitungan!) Kami pun lupa dengan gaya hidup backpacker kami yang penuh dengan pengiritan. Kami memesan apa saja yang sanggup kami pesan, bahkan kami memesan untuk take away (Khawatir nanti malam ga nemu makanan lagi, haha).
Rumah makan-rumah makan tersebut di kelola oleh Muslim Thailand. Pemiliknya berjilbab dan tersenyum ramah. Masakannya??? Jangan tanya, THE BEST!!! Enak banget!!! Gue pesen Spicy Roasted Duck, yang lain pun memesan beraneka macam menu makanan khas Thailand dan menu-menu itu terlihat sangat mewah sekali. Biasanya kalau menunya mewah, kami akan mencari menu termurah untuk di pesan. Namun di karenakan kami hampir belum makan dari semalam (Pop Mie tidak masuk hitungan!) Kami pun lupa dengan gaya hidup backpacker kami yang penuh dengan pengiritan. Kami memesan apa saja yang sanggup kami pesan, bahkan kami memesan untuk take away (Khawatir nanti malam ga nemu makanan lagi, haha).
Setelah puas makan, kami pun
meminta bill, dan alangkah terkejutnya kami ketika melihat bill
tersebut! Dengan tidak percaya kami melirik si Ibu yang tengah tersenyum
manis, "It is?" Beliau mengangguk.
Bayangkan, Satu
Porsi Spicy Roasted Duck yang enaknya pake banget, dengan nasi hanya di
banderol 60 Baht!!!!!!!!!! Kemaren di Patong beach gue makan nasi goreng
rasa standard di Indian Resto hampir 100 Baht! Trus di stasiun Hua
Lampong makan-makanan ala warThai 50 Baht, sekarang... makanan semewah
dan seenak ini, cuma 60 Baht??? Kenapa warung makan seenak ini harus
berada jauh di Ayutthaya?????
Setelah membayar semua
makanan dan minuman kami, gue berbisik pada si Ibu menanyakan mushola
terdekat karena kami belum sholat. Si Ibu dengan senyuman ramahnya
menawari kami untuk Sholat di rumahnya yang notabene berada tepat di
belakang Rumah makan ini. Dengan gembira kami menerima tawaran si Ibu
dan kami pun Sholat bergantian.
Setelah beres semua,
Driver menawari kami untuk melanjutkan perjalanan wisata candi kembali,
namun kami menolak karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah tiga
sore, kamu harus segera berangkat ke Pattaya. Dengan koneksi yang
dimiliki driver kami, beliau mengantarkan kami ke tempat parkiran Mini
Bus yang sedang "nge-tem" mencari penumpang.
Mini Bus
tersebut menuju Victory Monumen, dengan tarif 100 Baht per orang kami
pun berangkat. Perjalanan ke Victory Monumen kurang lebih satu sampai
satu setengah jam yang kami isi dengan momen canda, kelakar dan saling
membully. Akhirnya kamipun tiba di Victory Monumen.
Kami
sempat tersesat di sini, Sembari tersesat kami jajan makanan ringan nan
halal berupa buah-buahan, ke toilet di salah satu Mall, dan bertabrakan
dengan seorang Bencong sejati. Akhirnya setelah bertanya ke kiri dan
kanan (walau tak satu pertanyaan pun di jawab dalam bahasa inggris
sehingga membuat kami makin bingung) Kami pun berhasil menemukan agen
mini bus yang menuju Pattaya di depan Sevel di Victory Monumen.
Setelah membeli minuman dan men-Top Up pulsa kami pun berangkat ke Pattaya.
Perjalanan kami masih berlanjut, silakan baca kisah kami selanjutnya, The Incredible Night at Pattaya City
Perjalanan kami masih berlanjut, silakan baca kisah kami selanjutnya, The Incredible Night at Pattaya City
Kita Untuk Selamanya ( A Journal )
Related Post :
No comments:
Post a Comment