Almost One Night Stand sih, karena gue cuma kebagian tidur tiga jam (Lagi?) gimana engga, pesawat kita jam 5 pagi!
Tapi bagi yang belum baca kisah kita sebelumnya, baca PackerBe Goes Here And There (Thailand & Malaysia Edition) dulu yaaa....
Okeh,
nyampe di Patong Beach. Pantai ini agak mengingatkan gue dengan Gili
Trawangan Lombok. Suasana pantai nan eksotis dengan ribuan Bar dan resto
yang hidup hingga pagi dan penuh dengan suasana yang hingar bingar.
Bule-bule dan berbagai manusia dari berbagai ras berseliweran.
Lampu-lampu yang berkelap kelip dengan ajib-ajib. Para Lady Boy yang oh wow, beyond my Imagination!!! Spa
dan Massage shop dengan segala plus-plusnya. Gue sempat limbung
sebentar melihatnya, kemudian setting otak jadi "Gila Mode: ON" dan
akhirnya mulai menyesuaikan dengan suasana ajaib tersebut.
Patong Beach |
Mr.
Azhari menunjukan beberapa theater yang menyajikan Karbaret oleh para
Lady Boy, okeh, nonton karbaret yang lady beneran ajah gue belum pernah,
apa lagi yang.....
Eniwei, sesampainya di Break Point
Hotel kami langsung berebutan kamar. Karena ternyata ada kamar yang bisa
menampung semua cowok jadi satu (Lima cowok dalam satu kamar, apa yang
akan terjadi? biarlah terjadi!), kami pun menyewa hanya tiga kamar.
Kamarnya di sini cukup nyaman dan sewanya pun cukup murah. Setelah mandi
dan berganti pakaian bersih, sekitar pukul 20.00 waktu Phuket (Yang
notabene idem dengan indonesia bagian barat yaitu GMT+7) kami pun keluar
dengan tujuan mencari makan.
Ngaso di Break Point Hotel |
Bukan makanan perut yang kami dapat, tapi mata kami yang tak dapat berhenti melahap pemandangan yang ada.
Di
sana sini Bar-bar menyajikan berbagai kenikmatan dunia, musik-musik
keras terdengar hingga ke jalan. Para Lady Boy hampir telanjang
(Kostumnya dikit bener, untung cowok luh!) memeperlihatkan tubuh molek
Lady Boy beraksi di Patong Beach |
jejadian mereka. Para wanita (Ga tau mana yang hanya pelancong mana yang
prostitusi) berpakaian seminim mungkin, bersaing dengan para lady Boy.
Cuma kita yang pakainnya kumplit dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.
Dengan mata membelalak mulut melongo, kami melintasi Patong Beach.
Namun
akhirnya perut membawa kami kembali ke Bumi. Karena lambung yang
menjerit, kami pun fokus mencari makanan halal. Di sini hanya ada resto
yang tentu saja, harganya tidak sesuai dengan kantong Backpacker, maka
kami pun terus melangkah berusah mencari WarThai (saudaranya warteg).
Namun sepanjang pantai tak jua kami temukan. Karena malam makin larut,
perut makin menjerit, dan kaki mulai lempoh, kami pun akhirnya nekat
masuk Indian Resto, dan memesan menu termurah, yaitu Nasi Goreng dan
Nasi Kebuli! Makan di sini dengan menu seperti itu perorang habis kurang
lebih 120 Baht.
Nasi Goreng ala Indian Resto |
Puas makan kami pun kembali ke hotel,
kecuali para Packerbeau yang masih ingin bermain di pantai. Di karenakan
adanya sedikit keterlambatan pembelian tiket, Gue dan Bari terpaksa
harus terbang duluan ke Bangkok besok pagi-pagi buta jam 05.00 waktu
Phuket, Sementara delapan orang lainnya masih bisa menikmati tidur
hingga siang karena Flight mereka jam 12.00 siang waktu Phuket. Damn!
ME, THE AMAZING BARI, BANGKOK, AND THE LEGENDARY MASJID JAWA
Panjang ya judulnya. Haha
Jam
Tiga pagi alarm di Hape gue berbunyi dan gue langsung bersiap untuk
check out guna mengejar pesawat. Kemarin sebelum di tinggal Mr. Azhari,
Gue dan Bari meminta bantuan beliau untuk mengantarkan kami ke Phuket
International Airport tepat pukul empat pagi dengan tarif taksi sebesar
500 Baht. (Tarif ini lebih murah kurang lebih 200 Baht di banding jika
anda mencari taksi dadakan di sepanjang Patong Beach baik yang travel
maupun taksi perorangan!).
Tepat pukul empat pagi
beliau dateng. How dedicated he is! Sementara kawan seperjuangan gue,
The Amazing Bari masi molor dengan damai dalam buaian ke empat cowok
lainnya. #facepalm.
Setelah berhasil membangunkan Bari dan membuat doi tergopoh-gopoh packing dalam 15 menit, kami pun berangkat.
Gue, Mr. Azhari The Driver, dan Bari |
Dong Muang Airport di pagi hari. Sepi! Dan tetap tak ada Free Wi-fi!
Bangkok
di pagi hari itu agak gerimis. Gue dan Bari agak sedikit hilang arah,
kenapa kita ada di sini? Kenapa gue laper? tempat apa ini? kamu siapa?
Oh iya, kamu The Amazing Bari...
Sawasdee Ka |
Petunjuk yang kita
miliki hanyalah secarik kertas tanda Booking Hotel di @Hua Lampong. Kami
melihat taksi dan bus berseliweran. Hasrat gue ingen menjerit, "Bari,
Kita naik taksi ajah!" tapi Pride gue berkata, "Backpacker kok naik
taksi!!!" dan yang jeritannya engga kalah toak, kantong gue, "NO BAHT
FOR TAXY MA'AM!!!"
Akhirnya Gue dan Bari duduk
termenung di emperan bandara sampai sebuah bus berwarna kuning
bertuliskan 1A berhenti di depan kita. Terlihat oleh kami adegan dua
tourist bule mengobrol dengan seorang kondektur wanita, perlahan kami
mendekat, berharap dapat sepotek informasi dari sana. Kedua bule masuk
bus, tinggal kami berdua bengong dan dilihat dengan penuh amazed oleh
sang kondektur. Dia seperti bertanya tujuan kami (paling enggak itu yang
gue baca dari bahasa tubuh dan mimik mukanya) hendak kemana, maka
dengan sisa tenaga yang kami punya (maklum belum sarapan) kami menyebut
kata hua lampong dengan bersemangat. Dan si Kondektur pun bingung,
sepertinya pengejaan kami yang salah. Kami terus menyebut kata hua
lampong dengan berbagai logat hingga sang kondektur mengangguk mengerti.
"Go with this Bus and Continue to hua lampong with MRT from Mo chit in
Chatuchak!"
Gue dan Bari, "Hah???"
It's okey it's okey, Her English was hard to understand, but at least I got these words, "Go with this Bus!" Okeh, Bar, NAIK!
Dengan
ongkos 30 Baht kami pun melaju. Sekitar setengah jam Gue dan Bari
terkantuk-kantuk di Bus (Gue membayangkan Nenek, Tari, Ska, Bli Sagit,
Yune, Danang, Har dan Jaya pasti masi pada ngiler di bantalnya
masing-masing di Patong Beach!). Si Kondektur dengan baik hati
membangunkan kami, dengan menggunakan sistem translator di kepala gue,
doi kira-kira ngomong begini, "Neng gelis dan Abang Kasep, Udah sampe
atuh di chatuchak. Di die teh Mo chit! Maneh teh nanti lanjut naik MRT
yah ke Hua lampong, inget Hua lampong, bukan huaaaa kamu alay sekali,
inget!"
Kami pun turun dengan manisnya. Di depan kami
Stasiun MRT menanti. Setelah dengan susah payah membaca peta stasiun dan
petunjuk pemakaian mesin tiket MRT (yang ternyata sama ajah sama mesin
di malaysia! Btw mesin seperti ini, kalau di Indonesia, H+3 juga udah out of order untuk
kemudian di coret-coret graviti dan dilupakan!) kami pun membeli tiket
koin seharga 40 Baht hingga stasiun akhir, yakni Hua lampong.
Setelah
beberapa saat melaju dengan MRT kami pun tiba di Hua Lampong. Dan
melalui pintu satu kami keluar. Kami berusaha mencari hotel @hua
lampong, namun anehnya tak kunjung kami temukan. Kami malah menemukan
Sevel, dan berbelanja minuman dan top up pulsa (Local Sim Card True Move
dapat di top up di seluruh Sevel di Thailand). Kami terus mencari
hingga akhirnya kami memutuskan untuk bertanya. Ada seorang cowo
berpakaian eksmud with good english yang dengan ramahnya membantu kami.
"I
dunno this Hotel Either, do yo have their number?" setelah kami berikan
secarik kertas Booking tadi, cowok itu langsung mengeluarkan
handphonenya dan menghubungi Hotel tersebut. Wow!!! Gua tau, orang baik
masih belum punah di Bumi ini, gue tahu!!! Setelah beliau bercengkrama
dalam bahasa ibunya, beliaupun menjelaskan arah yang benar kepada kami.
Dan setelah kami berterima kasih (*KhobKhun Ka for thanks) kami pun
menuju arah yang beliau tunjukan.
Kami berhasil
menemukan @Hua Lampong Hotel, check In, menaruh backpack dan off lagi
buat nyari makan. Hari sudah pukul sepuluh dan kami masih belum makan.
Dengan bantuan google, kami mencari warung makanan halal di sekitar hua
lampong. Ternyata di dalam Food Court di Hua Lampong Rail Station, ada
satu kios masakan halal. letaknya paling ujung sebelah kiri, sistem
makanannya ala carte atau paketan, dan sistem pembayarannya dengan
kupon, alias lo harus tuker duit lo dulu pake kupon di kasir. Waktu Gue
dan Bari makan, satu porsi nasi dengan dua jenis lauk harganya 50 Baht
dan air mineral sebotol 10 Baht (ini rata-rata harga air mineral di sana
kala itu).
Hua Lampong Railway Station |
Setelah puas makan, kami pun berjalan
dengan perut pasti menuju stasiun MRT lagi. Kali ini tujuan kami adalah
Masjid Jawa di daerah Soi Charoen Rat 1 Yaek 9 (Hati-hati,
pronounciation ama tulisan benar- benar jauh berbeda, ampe sekarang itu
masih misteri buat gue!).
Kupon Makanan |
Biar lo ga nyasar seperti yang terjadi pada
Gue dan Bari, yang nyasar hingga hampir jadi mahasiswa di St Louis
Hospital College (deket situ ada rumah sakit sekaligus univ. red)
berikut gue kasih petunjuk arahnya. Dari Hua lampong beli tiket MRT ke
Si Lom seharga 18 baht. Dari Si lom lanjut naik BTS (Bangkok Train
System) di Sala Daeng Stastion ke Surasak Station dengan harga tiket 25
Baht. Dari Stasiun Surasak lo turun melalui tangga sebelah Kiri yang
arahnya searah dengan arus jalan di bawah. Setelah turun ikuti trotoar
searah arus jalan sampai jalan habis, belok kiri. Dari sana Jalan lurus
sampai masuk ke daerah perkampungan Muslim, belok kiri lagi di belokan
yang ke dua, Untuk lebih jelasnya ketika sudah bertemu dengan saudara
Muslim, bertanyalah, mereka pasti akan dengan senang hati menunjukkan.
Sala Daeng Station |
Masjid
Jawa menurut wikipedia di bangun 1906 dan didirikan oleh orang asli
Jawa, Indonesia kala itu. Makanya namanya Masjid Jawa. Di depan masjid
ada makam para muslim yang terlihat rapi, tenang dan damai. Arsitektur
Masjid tergolong tua namun sudah terkena sentuhan modern. Ada sebuah
madrasah di samping masjid yang nampak kusam dan tua. Gue dan Bari
menyempatkan untuk Sholat di sana, Jama' Dzuhur dan Ashar. Sungguh
tenteram dan menenangkan.
Jawa Mosque atau Masjid Jawa |
Selesai Sholat, sembari
menghabiskan waktu menunggu delapan makhluk ajaib tiba di Bangkok, Gue
dan Bari pun melakukan window shopping di Si Lom Complex mall dan
sightseeing di sepanjang pasar dadakan di daerah Si Lom, sampai OMG Tari
akhirnya menelpon kami, dan berkata mereka terkena scam taksi, namun
kini sudah sampai dengan selamat di @Hua lampong Hotel.
Gue dan Bari pun bergegas kembali ke hua lampong.
Sekedar
catatan, teman-teman gue yang delapan orang ini sempat mengunjungi The
Big Budha di Phuket karena waktu mereka memungkinkan, ini dia
foto-fotonya.
At The Big Budha Site, Phuket |
Untuk menuju ke The Big Budha, mereka tinggal bilang ke Mr. Azhari, sang driver nan baik hati.
Catatan
berikutnya, hati-hati dengan scam di sini dalam hal apapun termasuk
taksi. Kalau ga perlu-perlu amat, mending naik transportasi umum, selain
lebih murah, dan menambah wawasan, juga makin terasa jadi
backpackernya.
Untuk kisah kami selanjutnya, silakan baca Bangkok, One Night Stand Part 2
Related Post :
No comments:
Post a Comment