Thursday, October 24, 2013

Patong Beach, One Night Stand Part 1

Almost One Night Stand sih, karena gue cuma kebagian tidur tiga jam (Lagi?) gimana engga, pesawat kita jam 5 pagi!

Tapi bagi yang belum baca kisah kita sebelumnya, baca PackerBe Goes Here And There (Thailand & Malaysia Edition) dulu yaaa....


Okeh, nyampe di Patong Beach. Pantai ini agak mengingatkan gue dengan Gili Trawangan Lombok. Suasana pantai nan eksotis dengan ribuan Bar dan resto yang hidup hingga pagi dan penuh dengan suasana yang hingar bingar. Bule-bule dan berbagai manusia dari berbagai ras berseliweran. Lampu-lampu yang berkelap kelip dengan ajib-ajib. Para Lady Boy yang oh wow, beyond my Imagination!!! Spa dan Massage shop dengan segala plus-plusnya. Gue sempat limbung sebentar melihatnya, kemudian setting otak jadi "Gila Mode: ON" dan akhirnya mulai menyesuaikan dengan suasana ajaib tersebut.

Patong Beach
Mr. Azhari menunjukan beberapa theater yang menyajikan Karbaret oleh para Lady Boy, okeh, nonton karbaret yang lady beneran ajah gue belum pernah, apa lagi yang.....

Eniwei, sesampainya di Break Point Hotel kami langsung berebutan kamar. Karena ternyata ada kamar yang bisa menampung semua cowok jadi satu (Lima cowok dalam satu kamar, apa yang akan terjadi? biarlah terjadi!), kami pun menyewa hanya tiga kamar. Kamarnya di sini cukup nyaman dan sewanya pun cukup murah. Setelah mandi dan berganti pakaian bersih, sekitar pukul 20.00 waktu Phuket (Yang notabene idem dengan indonesia bagian barat yaitu GMT+7) kami pun keluar dengan tujuan mencari makan.


Ngaso di Break Point Hotel
Bukan makanan perut yang kami dapat, tapi mata kami yang tak dapat berhenti melahap pemandangan yang ada.




Di sana sini Bar-bar menyajikan berbagai kenikmatan dunia, musik-musik keras terdengar hingga ke jalan. Para Lady Boy hampir telanjang (Kostumnya dikit bener, untung cowok luh!) memeperlihatkan tubuh molek

Lady Boy beraksi di Patong Beach
 jejadian mereka. Para wanita (Ga tau mana yang hanya pelancong mana yang prostitusi) berpakaian seminim mungkin, bersaing dengan para lady Boy. Cuma kita yang pakainnya kumplit dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Dengan mata membelalak mulut melongo, kami melintasi Patong Beach.




Namun akhirnya perut membawa kami kembali ke Bumi. Karena lambung yang menjerit, kami pun fokus mencari makanan halal. Di sini hanya ada resto yang tentu saja, harganya tidak sesuai dengan kantong Backpacker, maka kami pun terus melangkah berusah mencari WarThai (saudaranya warteg). Namun sepanjang pantai tak jua kami temukan. Karena malam makin larut, perut makin menjerit, dan kaki mulai lempoh, kami pun akhirnya nekat masuk Indian Resto, dan memesan menu termurah, yaitu Nasi Goreng dan Nasi Kebuli! Makan di sini dengan menu seperti itu perorang habis kurang lebih 120 Baht.

Nasi Goreng ala Indian Resto

Puas makan kami pun kembali ke hotel, kecuali para Packerbeau yang masih ingin bermain di pantai. Di karenakan adanya sedikit keterlambatan pembelian tiket, Gue dan Bari terpaksa harus terbang duluan ke Bangkok besok pagi-pagi buta jam 05.00 waktu Phuket, Sementara delapan orang lainnya masih bisa menikmati tidur hingga siang karena Flight mereka jam 12.00 siang waktu Phuket. Damn!

ME, THE AMAZING BARI, BANGKOK, AND THE LEGENDARY MASJID JAWA

Panjang ya judulnya. Haha

Jam Tiga pagi alarm di Hape gue berbunyi dan gue langsung bersiap untuk check out guna mengejar pesawat. Kemarin sebelum di tinggal Mr. Azhari, Gue dan Bari meminta bantuan beliau untuk mengantarkan kami ke Phuket International Airport tepat pukul empat pagi dengan tarif taksi sebesar 500 Baht. (Tarif ini lebih murah kurang lebih 200 Baht di banding jika anda mencari taksi dadakan di sepanjang Patong Beach baik yang travel maupun taksi perorangan!).

Tepat pukul empat pagi beliau dateng. How dedicated he is! Sementara kawan seperjuangan gue, The Amazing Bari masi molor dengan damai dalam buaian ke empat cowok lainnya. #facepalm.

Setelah berhasil membangunkan Bari dan membuat doi tergopoh-gopoh packing dalam 15 menit, kami pun berangkat.

Gue, Mr. Azhari The Driver, dan Bari

Dong Muang Airport di pagi hari. Sepi! Dan tetap tak ada Free Wi-fi!

Bangkok di pagi hari itu agak gerimis. Gue dan Bari agak sedikit hilang arah, kenapa kita ada di sini? Kenapa gue laper? tempat apa ini? kamu siapa? Oh iya, kamu The Amazing Bari...

Sawasdee Ka

Petunjuk yang kita miliki hanyalah secarik kertas tanda Booking Hotel di @Hua Lampong. Kami melihat taksi dan bus berseliweran. Hasrat gue ingen menjerit, "Bari, Kita naik taksi ajah!" tapi Pride gue berkata, "Backpacker kok naik taksi!!!" dan yang jeritannya engga kalah toak, kantong gue, "NO BAHT FOR TAXY MA'AM!!!"

Akhirnya Gue dan Bari duduk termenung di emperan bandara sampai sebuah bus berwarna kuning bertuliskan 1A berhenti di depan kita. Terlihat oleh kami adegan dua tourist bule mengobrol dengan seorang kondektur wanita, perlahan kami mendekat, berharap dapat sepotek informasi dari sana. Kedua bule masuk bus, tinggal kami berdua bengong dan dilihat dengan penuh amazed oleh sang kondektur. Dia seperti bertanya tujuan kami (paling enggak itu yang gue baca dari bahasa tubuh dan mimik mukanya) hendak kemana, maka dengan sisa tenaga yang kami punya (maklum belum sarapan) kami menyebut kata hua lampong dengan bersemangat. Dan si Kondektur pun bingung, sepertinya pengejaan kami yang salah. Kami terus menyebut kata hua lampong dengan berbagai logat hingga sang kondektur mengangguk mengerti. "Go with this Bus and Continue to hua lampong with MRT from Mo chit in Chatuchak!"

Gue dan Bari, "Hah???"

It's okey it's okey, Her English was hard to understand, but at least I got these words, "Go with this Bus!" Okeh, Bar, NAIK!

Dengan ongkos 30 Baht kami pun melaju. Sekitar setengah jam Gue dan Bari terkantuk-kantuk di Bus (Gue membayangkan Nenek, Tari, Ska, Bli Sagit, Yune, Danang, Har dan Jaya pasti masi pada ngiler di bantalnya masing-masing di Patong Beach!). Si Kondektur dengan baik hati membangunkan kami, dengan menggunakan sistem translator di kepala gue, doi kira-kira ngomong begini, "Neng gelis dan Abang Kasep, Udah sampe atuh di chatuchak. Di die teh Mo chit! Maneh teh nanti lanjut naik MRT yah ke Hua lampong, inget Hua lampong, bukan huaaaa kamu alay sekali, inget!"

Kami pun turun dengan manisnya. Di depan kami Stasiun MRT menanti. Setelah dengan susah payah membaca peta stasiun dan petunjuk pemakaian mesin tiket MRT (yang ternyata sama ajah sama mesin di malaysia! Btw mesin seperti ini, kalau di Indonesia, H+3 juga udah out of order untuk kemudian di coret-coret graviti dan dilupakan!) kami pun membeli tiket koin seharga 40 Baht hingga stasiun akhir, yakni Hua lampong.

Setelah beberapa saat melaju dengan MRT kami pun tiba di Hua Lampong. Dan melalui pintu satu kami keluar. Kami berusaha mencari hotel @hua lampong, namun anehnya tak kunjung kami temukan. Kami malah menemukan Sevel, dan berbelanja minuman dan top up pulsa (Local Sim Card True Move dapat di top up di seluruh Sevel di Thailand). Kami terus mencari hingga akhirnya kami memutuskan untuk bertanya. Ada seorang cowo berpakaian eksmud with good english yang dengan ramahnya membantu kami.

"I dunno this Hotel Either, do yo have their number?" setelah kami berikan secarik kertas Booking tadi, cowok itu langsung mengeluarkan handphonenya dan menghubungi Hotel tersebut. Wow!!! Gua tau, orang baik masih belum punah di Bumi ini, gue tahu!!! Setelah beliau bercengkrama dalam bahasa ibunya, beliaupun menjelaskan arah yang benar kepada kami. Dan setelah kami berterima kasih (*KhobKhun Ka for thanks) kami pun menuju arah yang beliau tunjukan.

Kami berhasil menemukan @Hua Lampong Hotel, check In, menaruh backpack dan off lagi buat nyari makan. Hari sudah pukul sepuluh dan kami masih belum makan. Dengan bantuan google, kami mencari warung makanan halal di sekitar hua lampong. Ternyata di dalam Food Court di Hua Lampong Rail Station, ada satu kios masakan halal. letaknya paling ujung sebelah kiri, sistem makanannya ala carte atau paketan, dan sistem pembayarannya dengan kupon, alias lo harus tuker duit lo dulu pake kupon di kasir. Waktu Gue dan Bari makan, satu porsi nasi dengan dua jenis lauk harganya 50 Baht dan air mineral sebotol 10 Baht (ini rata-rata harga air mineral di sana kala itu).

Hua Lampong Railway Station


 




Setelah puas makan, kami pun berjalan dengan perut pasti menuju stasiun MRT lagi. Kali ini tujuan kami adalah Masjid Jawa di daerah Soi Charoen Rat 1 Yaek 9 (Hati-hati, pronounciation ama tulisan benar- benar jauh berbeda, ampe sekarang itu masih misteri buat gue!).

 

Kupon Makanan

Biar lo ga nyasar seperti yang terjadi pada Gue dan Bari, yang nyasar hingga hampir jadi mahasiswa di St Louis Hospital College (deket situ ada rumah sakit sekaligus univ. red) berikut gue kasih petunjuk arahnya. Dari Hua lampong beli tiket MRT ke Si Lom seharga 18 baht. Dari Si lom lanjut naik BTS (Bangkok Train System) di Sala Daeng Stastion ke Surasak Station dengan harga tiket 25 Baht. Dari Stasiun Surasak lo turun melalui tangga sebelah Kiri yang arahnya searah dengan arus jalan di bawah. Setelah turun ikuti trotoar searah arus jalan sampai jalan habis, belok kiri. Dari sana Jalan lurus sampai masuk ke daerah perkampungan Muslim, belok kiri lagi di belokan yang ke dua, Untuk lebih jelasnya ketika sudah bertemu dengan saudara Muslim, bertanyalah, mereka pasti akan dengan senang hati menunjukkan.

Sala Daeng Station


Masjid Jawa menurut wikipedia di bangun 1906 dan didirikan oleh orang asli Jawa, Indonesia kala itu. Makanya namanya Masjid Jawa. Di depan masjid ada makam para muslim yang terlihat rapi, tenang dan damai. Arsitektur Masjid tergolong tua namun sudah terkena sentuhan modern. Ada sebuah madrasah di samping masjid yang nampak kusam dan tua. Gue dan Bari menyempatkan untuk Sholat di sana, Jama' Dzuhur dan Ashar. Sungguh tenteram dan menenangkan.



Jawa Mosque atau Masjid Jawa

Selesai Sholat, sembari menghabiskan waktu menunggu delapan makhluk ajaib tiba di Bangkok, Gue dan Bari pun melakukan window shopping di Si Lom Complex mall dan sightseeing di sepanjang pasar dadakan di daerah Si Lom, sampai OMG Tari akhirnya menelpon kami, dan berkata mereka terkena scam taksi, namun kini sudah sampai dengan selamat di @Hua lampong Hotel.

Gue dan Bari pun bergegas kembali ke hua lampong.

Sekedar catatan, teman-teman gue yang delapan orang ini sempat mengunjungi The Big Budha di Phuket karena waktu mereka memungkinkan, ini dia foto-fotonya.



At The Big Budha Site, Phuket

Untuk menuju ke The Big Budha, mereka tinggal bilang ke Mr. Azhari, sang driver nan baik hati.

Catatan berikutnya, hati-hati dengan scam di sini dalam hal apapun termasuk taksi. Kalau ga perlu-perlu amat, mending naik transportasi umum, selain lebih murah, dan menambah wawasan, juga makin terasa jadi backpackernya.

Untuk kisah kami selanjutnya, silakan baca Bangkok, One Night Stand Part 2 

       Related Post :


No comments:

Post a Comment