Tuesday, August 20, 2013

Teluk Kiluan, Hell and Heaven On Earth!

Like a fool once said, "The more you enjoy your time, the faster it runs out". And it's True!


Hidup itu harus seimbang, bukan? Kalau ada siang, pasti ada malam. Ada kanan, selalu ada kiri yang menemani, Ada ngalor, ada ngidul, Ada gunung... ada laut!

That's it! LAUT! Kalo kemaren gue ama Nene habis ngubek-ngubek hutan di Gunung Putri, mendaki, merangkak, guling-guling, kepeleset, nahan BAB, kehujanan, kedinginan, kelaperan cuma demi menuju Surya Kencana Gunung Gede-Pangrango, dengan harapan berangkat gemuk pulang kurus yang enggak kesampaian, sekarang waktunya gue untuk menikmati hidup di LAUT! And Laut means... Pantai, ombak, Sunset, Sunrise, cottage, ikan, terumbu karang, ulalaaaaaa...

So there, setelah mention-mentionan di twitter tentang kemana kita akan pergi, Teluk Kiluan-lah yang jadi tujuan. Kita akan berburu lumba-lumba!!! Yeay!

So setelah temen-temen gue berembuk tentang bagaimana caranya kita bisa nyampe ke Teluk itu dengan damai, selamat dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, akhirnya mereka memutuskan untuk memakai jasa travel paketan milik seorang teman. Paket Dua hari satu malem dan semua sudah ditanggung, mulai dari transportasi, akomodasi dan konsumsi dengan tarif yang cukup bersahabat, yaitu Rp. 650.000/per orang, lumayaaaaan...

Oke, Hari H, yaitu dua tanggal merah yang bersinar terang di bulan Agustus, 17-18 Agustus 2013, pun tiba. Tepat Pukul 20.00 WIB hari Jumat, 16 Agustus 2013, Kami semua telah berkumpul di terminal Kampung Rambutan tercinta (Kenapa tercinta? karena tiap hari terminal ini menjadi saksi hidupku mencari sesuap nasi, haha).

Dengan sebuah bus tujuan Merak kami pun berangkat, perjalanan memakan waktu kurang lebih tiga jam. Sekitar tengah malam bus tiba di Merak, dengan mata tiga perempat tertutup (ngantuk berat), mulut terus-terusan menguap, beler di mana-mana, kami pun memanggul ransel bawaan kami menuju Kapal Feri Royal Nusantara (Beuh, kapal ferinya ajah kapal kerajaan githu!)

Sebagian dari kita norak! Baru pertama kali liat kapal, jadi pada terpana gitu kayak odong-odong, haha. Gue cuma berharap ini kapal kecepatannya enggak seperti Kapal Muria di Jepara dulu, cuma 5 Knot/jam yang menyebabkan gue muntah dengan suksesnya sebanyak 3x.

Alhamdulillah Ya Allah, Kapalnya BAGOOOS! Jalannya enggak 5 knot/jam, dan bahkan ga kerasa sama sekali goncanggannya (sumpah gue trauma banget ama kapal Muria!) Interiornya untuk yang eksekutive juga bagus, tapi harus nambah Rp.10.000,- perbangku.



and then we sailed away trough the night...

17 Agustus 2013,  Dini hari, sekitar pukul tiga pagian (masih beler, nggak ngeh jam berapa), kami tiba di Pelabuhan Bakauheni. O yeah, we were stepping on Sumatra Island!!! Me, of course not a first time, but some, yes, it's their first time hoho!!!

Seperti Zoombi, masih ngantuk, dipimpin oleh Mas Adit sang pemilik jasa travel, kami melangkah menuju dua Mobil yang akan membawa kami melintasi lampung dua hari ke depan.

Kami berhenti sejenak untuk shalat subuh di rumah neneknya Mas Adit di daerah Kalianda, lumayan dapet teh hangat gratisan, plus setoples castangle, setoples kacang goreng, seplastik penuh keripik melinjau, dan beraneka panganan lainnya yang di beri oleh sang Nenek sebagai bekal. Kalo menurut gue itu sih jenis lain dari perampokan, haha! 

Okeh, puas ngerampok kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kiluan, kami berhenti sejenak untuk sarapan nasi uduk di suatu daerah di lampung (GPS di kepala gue lupa di aktifkan, jadi gue ga tau itu di mana persisnya!) 

Dan inilah tragedinya. SBY oh SBY, tak tahukan anda bahwa Indonesia ini 10 juta kali lebih berpotensial di bidang Pariwisata di banding Singapore??? Lalu mengapa penghasilan Singapore di bidang pariwisata 10 juta kali lebih besar dibanding kita (Ini Lebay, sumber data tentang 10 juta hanyalah khayalan penulis belaka, tapi intinya itu, Our Nature is way better than other countries yet, we got less!)

Jalan menuju Teluk Kiluan is kinda hell on earth for us, and kinda heaven for off-road mania. Gimana enggak, jalannya lebih dari sekedar hancur! Ini persis seperti tanjung Beloang di Lombok. Jalannya yang "off-road" membuat tanjung beloang yang seindah surga kurang terekspose. Dan pojok-pojoknya, Orang luarlah (foreigner) yang pada akhirnya mengelola kawasan itu hingga menjadi sebuah resort swasta yang bernilai tinggi, dan  terekspose, namun... helloooooo... it now belongs to foreigner, bukan kita, padahal itu tanah air kita. (nangis, Out of Topic dikit).

Jangan sampai nasib yang sama terjadi pada Teluk Kiluan, SBY, apa perlu diriku men-twit dirimu 1000 kali agar kau tahu???

Setelah kurang lebih lima jam kami di kocok-kocok dalam mobil, gegara jalannya yang hancur parah, akhirnya kami sampai di desa kiluan. Ini ajaib, itu kan daerah lampung, tapi desa di teluk ini memiliki berbagai macam Pura seperti di Bali. Menurut teman gue si Danang, itu memang budaya Bali, so we felt kinda in Bali, haha. Pura-pura itu begitu Indah dan hampir masing-masing rumah punya pura masing-masing. Yang ajaibnya, malah banyak yang rumahnya jauh lebih kecil dan sederhana di banding puranya. It's amazing to see how do they worship their Gods! Kita harus bisa lebih nih, jangan mau kalah :D

Kami menuju Pantai setelah memarkir kedua mobil di Desa tersebut, dengan perahu taksi, sekitar tengah hari kami pun menyebrang ke Pulau Kelapa, Pulau tempat kita bermalam. And you know what??? Pemandangannya itu awesomely awesome!!! Kalo kata orang betawi mah masi perawan tong-tong.








Lautnya masih jernih, pasirnya putih dan halus, yeah!!! Mirip dengan Karimun Jawa hanya saja pulaunya tak sebanyak di sana.


Kami pun menaruh semua bawaan, berganti pakaian dan.... Nyebur, Byur!!! Kami menempati sebuah cottage sederhana namun dengan lokasi yang luar biasa strategis, tepat di tepi pantai! Pemandangannya langsung ke pantai nan luas dan indah sekali. Cuma satu masalahnya dengan cottage ini,  Saking deketnya ama pantai, pas tidur si Moti, temen gue parno, katanya, "gue berasa hanyut pas tidur!" Ha!!

Snorkeling di pantai ini bebas, ombaknya tidak terlalu kencang, namun untuk menemukan Nemo dan kawan-kawan harus berenang agak lebih jauh. Pulau Kelapa hari itu termasuk ramai pengunjung. Meski demikian, privasi di sini masih terasa. Sebanyak-banyaknya pengunjng di sini tidak seberapa dibanding pengunjung-pengunjung di sepanjang Pantai Selatan lainnya. Jadi gue masih merasa jadi pemilik Pantai ini meski cuma semalam, hehe.

















 
Next, basah-basahan habis nyebur, kami melakukan sedikit tracking menuju Laguna. Trackingnya sih sedikit, tapi ternyata medannya lumayan juga. Karena tajam, dan curamnya karang kami harus berhati-hati memanjat guna melihat Laguna nan cantik. Menurut Mas Adit, lautnya lagi pasang, jadi sangat berbahaya untuk kami melompat ke Laguna, akhirnya Photo-photo aja deh bisanya. But it's okelaaaah, I saw a great scenery at least. Lagian, horor juga gue lompat, hih, sereeem...




Hari menjelang senja. Setelah mandi dan makan, kami berlari menuju sisi belakang Pulau untuk mengejar Sunset! Sayang Sunset-nya hari ini kurang Spektakuler karena tertutup awan gelap. Tapi secara gue punya 1% bakat photographer, gue pun berhasil mengambil photo-photo yang menurut gue lumayanlaaaahhh.... Check these out!








Malam menjelang... Pantai jadi gelap (iyalah). Generator listrik dinyalakan (di sini Listrik sama seperti di Karmun Jawa, nyala hanya dari Jam enam sore sampai jam enam pagi), chargeran dicolokin, Gadget di charge, kita ngaso, kartu remi pun di kocok, haha.

Acara malam pun berlanjut, mulai dari bakar-bakaran ikan, bakar kembang api, makan malam di pinggir pantai (lagi), ketawa-ketiwi, kami pun menutup malam. Ini bukan hal yang bisa didapat setiap hari, makan malam bersama-sama teman senasib seperjuangan, dengan ikan bakar buatan sendiri, diiringi hembusan lembut angin laut dan suara deburan ombak. Waktu berlalu, dan akan terus berlalu, hari ini bersama, besok ini hanya jadi kenangan... sebisa mungkin, nikmatilah hidupmu.

"Bersenang-senanglah karena hari ini akan kita rindukan di hari nanti."  (Quote from Chicken Soup for The Soul)

Malam makin larut... suara deburan ombak pun menghanyut, semua jatuh terlelap, dan pagi pun datang.

Waktu itu Tardut, temen gue bilang kita harus shalat tahajud dulu, minta agar dipertemukan dengan para lumba-lumba. Nampaknya tak satu pun dari kita yang melakukannya, karena lumba-lumbanya sangat malu-malu sekali untuk menampakkan diri (Nangis!). 

Dengan Lima perahu kami pun berlabuh berburu lumba-lumba. Cuaca tenang, namun ombaknya gila ajaaah! Gue yang cuma bermodalkan kamera handphone megang handphone gue dengan erat-erat biar tuh Hape ga nyebur ke laut. Saat itu waktu Sunrise (telat dikit sih) dan gue melihat betapa Indahnya Lukisan Tuhan. Dengan di terjang Ombak dan perahu yang oleng ke kiri dan ke kanan, gue berusaha menangkap penampakan sang mentari menaiki tahtanya di pagi hari itu. And here we go some of my shots!






Perburuan pun perlanjut. Hingga perahu sampai di tengah lautan nan luas, keburuntungan menolak mampir pada kita, yaitu gue, Nene dan Bari yang saat itu berada dalam satu perahu. Mungkin karena kami lupa untuk tahajud kali yaaaaaaa... Kami hanya melihat lumba-lumba dari jarak yang tidak terlalu dekat, namun cukup jelas. Sayangnya sulit untuk menangkap wujudnya dalam gambar! Some said they made it, but seemed the luck wasn't mine. Gue cuma berhasil melihat penampakannya sekilas, tapi ga berhasil menangkap photonya.

Setelah puas mengarungi lautan kami pun berlabuh kembali ke Pulau Kelapa. Hari itu kami harus sudah meninggalkan pulau jam 10 pagi atau ketinggalan kapal. Jelas itu tidak boleh terjadi secara besok kami harus kembali ke balik meja kantor masing-masing. Tapi sebelum itu, kita puas-puasin dulu berphoto-photo di Pulau Kelapa, for the last time (siapa tau ga ada umur buat ke sini lagi).



Kami pun packing, kembali menyebrang ke Desa Teluk Kiluan. Dan kembali ber "off-road" ria melintasi jalan yang rusak total. Walau jalannya rusak, namun pemandangan alam yang masih alami cukup membuat mata menari. Sesuatu yang enggak akan kamu temukan jika kamu enggan melangkah keluar dari cangkangmu. 

Kami kembali berlabuh ke Pelabuhan Merak, dan tiba di terminal Kampung Rambutan tercinta pukul 02.00 WIB. Syukurlah, ini bukan kali pertamanya gue ada di Kp. Rambutan Jam dua pagi, so ga ngeri-ngeri banget laaaah... (Padahal ngeri, nyari taksi ajah minta di temenin, haha)

Bokap telah menanti di gerbang dengan senyumnya, sepertinya beliau juga sudah terbiasa menyambut gue di jam-jam segini dengan keril di punggung :)

a fool once said again, "life is just a trip, so make your trip as beautiful as possible"

and the fool is Me ;)

1 comment:

  1. Hiii.. wanita keril.. :)
    Tumben cepet banget posting nya.

    ReplyDelete