Jumat Barokah,
Selamat Hari Jumat semuaaaa... kebetulan lagi ga ada kerjaan nih, karena semua kerjaan udah aku kelarin kemaren-maren hehehe (PNS rajin!)
Lagi pengen nulis, tapi lagi ga ada topik dan hidayah... eh, maksudnya topik cerita yang menarik. Ya sudah deh, mari kita bercerita perjalanan honeymoon kemaren!
Tiga bulan sebelum menikah, gue ketemuan sama nenek, bang Rifqy, dan Kak Ria. Mereka adalah pakar backpackeran yang kisah kasihnya dalam hal travelling dan mountaineering lebih banyak dari pada karya Shakespeare, haha
Dalam pertemuan itu, kak ria menceritakan perjalanan terakhirnya ke Nusa Penida yang bikin gue super mupeng banget! Mulailah gue kepoin kak Ria dan tanya-tanya kemaren pakai tour guide apa. Kak ria ngasih contact Mas Black, owner Alam Indonesia Holiday (IG @alam_indonesia), dan Mas Black ini orangnya responsive dan komunikatif banget. Gue pun booking open trip untuk Tour ke Nusa Penida untuk tanggal 23 s.d. 25 Desember 2016 ke Mas Black.
Sooooo... setelah sebelumnya menghabiskan tiga hari Honeymoon di Bali, hari Jumat pagi aku dan Kangmas memesan Taksi Online menuju Pelabuhan Sanur dengan biaya kurang lebih Rp. 57.000,-. Kami dijadwalkan untuk menyeberang ke Pelabuhan Nusa Penida Pukul 09.00 WITA dengan Fast Boat Maruti Express yang biayanya sudah include pada paket Trip, so gue cuma lapor diri dengan menyebut nama Mas Black dan tiket pun di tangan. Oiya, disini nama Mas Black sakti banget lho... wkwkw
Pukul sembilan kurang, Maruti Express dari Nusa Penida menepi dan langsung menurunkan semua penumpang dan muatannya, lalu kami diperbolehkan naik segera setelah kapal dikosongkan.
Hari itu langit amat cerah, namun menurut warga setempat yang juga menumpang dalam kapal ini, kondisi laut beberapa hari ini sedang buruk. Ombak sangat tinggi sehingga sangat mengganggu aktifitas baik warga lokal maupun turis. Dan benar saja, segera setelah kapal berangkat, dengan kecepatan tinggi, goncangan yang cukup mengerikan segera terjadi disepanjang perjalanan. Kang Mas tampak mulai mual, disusul diriku yang ikut-ikutan mabok. Tepat sebelum tiba di Nusa Penida, kapal diterjang ombak yang sangat besar dan kencang, menyebabkan kapal oleng 90 derajat. Semua penumpang menjerit karena kami hampir saja terbalik. Namun rupanya Allah berkehendak lain, kapal jatuh ke arah normal dan kembali seimbang. Beberapa penumpang muntah-muntah, termasuk Kang Mas (Maaf yan Kang Mas aku maksa ajak ke sini T.T)
Tiba di Nusa Penida, kami disambut oleh Mas Melki yang ditunjuk mas Black sebagai Tour Guide kami. Aku kira akan ada beberapa turis yang akan tergabung bersama kami dalam tour tersebut, secara aku booking open trip untuk minimal sepuluh orang. Niatnya biar lebih hemat, secara open trip itu artinya sharing cost, hoho. Ternyata, tamu Mas Melki kala itu hanya kami berdua yang agak kurang aku percaya karena menurut peraturan jika peserta kurang dari 10 orang, maka trip akan di reschedule atau bila peserta tidak berkenan boleh dibatalkan dan semua pembayaran dikembalikan. Ternyata, Mas Black tetap melayani kami walau peserta hanya ada kami berdua, dan menjadikan open trip kami menjadi private trip yang memuaskan sekali. Secara dulu aku pernak open trip ke Karimun Jawa yang mana perhatian guidenya jadi terpecah karena harus memoto banyak orang. Mungkin karena bertepatan dengan moment natal, saat itu Pulau Nusa Penida sangat sepi dan memang tidak banyak pengunjungnya menurutku. Oiya, Mas Melki ini selain menjadi guide juga merangkap Photographer pribadi kita, lhooo... Thanks to Mas Black dan Mas Melki :)
Mas Melki langsung mengambil alih barang bawaan kami dan mengajak kami beristirahat sejenak di sebuah balai terbuka di Pelabuhan tersebut. Beliau menyuguhi kami dengan segelas teh manis hangat, "Untuk menghangatkan perut Mas, tadi kan habis bergejolak!" ujarnya pada Kang Mas melihat muka Kang Mas agak sedikit pucat.
Setelah tenang, Mas Melki menuntun kami ke arah dua buah motor yang terpakir di pantai dan menyerahkan satu kuncinya ke Kang Mas. Kami pun beriring-iringan menuju Losmen Tenang milik Bu Siti yang ramah banget. Begitu kami datang, kami langsung disuguhi dua piring pecel ayam+tahu yang hangat dan enak banget. Bu Siti menawarkan ruang ber-AC tapi dikenakan tambahan biaya Rp. 50.000,- per hari, yang langsung kami setujui. Namun ternyata uang yang sudah kami bayarkan untuk dua hari kedepan tersebut dikembalikan pada saat kami berpamitan pulang, kata beliau, "Mas Black bilang, biaya AC-nya ditanggung beliau!" It's very kind of you, Mas Black.
Setelah makan, Mas Melki menyebutkan jadwal kami hari ini. Hanya saja, berhubung tamunya hanya kami berdua, Kang Mas pun mengubah total itinerary standard milik Alam Indonesia Holiday semau jidatnya.
"Kita ga usah snorkeling ya, cuacanya buruk, lihat ajah tadi ombaknya mengerikan, lagian aku ga suka snorkeling!"
Titahnya padaku yang sempat menimbulkan keributan yang tentu saja dimenangkan oleh Kang Mas. Jadi Itinerary kami selama tiga hari di sini hanya menyambangi pantai-pantai eksotis Nusa Penida yang bisa ditempuh dengan motor. Itupun tidak semua karena jarak tempuh yang jauh. Rupanya Kang Mas parno naik boat, yang mana kalau kita jadi snorkeling, kita akan kemana-mana menggunakan speed boat yang tentu saja, akan menggoncang dunia, haha.
Selepas sholat Jumat, Mas Melki langsung menjemput kami di losmen. Pantai pertama yang akan kami Kunjungi adalah Pantai Atuh yang merupakan tempat terujung Pulau Nusa Penida. Dan kembali beriring-iringan dengan motor, perjalanan kami ke pantai atuh pun dimulai.
Disepanjang perjalanan aku menikmati udara dan pemandangan yang baru pertama kalinya kulihat itu dengan hati yang amat gembira. Udaranya masih sangat bersih dan cuaca khas pantai yang panas membuatku merasa bebas. Penduduk pulau masih amat jarang. Jarak kampung yang satu dan yang lain masih berjauhan dan di selingi hutan, kebun, sabana, stepa dan berbagai kontur alam yang masih amat natural. Ada tebing, ada jurang.
Pantai di sepanjang jalan pun sangat lain dari pantai-pantai lain yang pernah aku kunjungi. Airnya sangat bersih dan jernih, hingga warna dasar laut terlihat jelas. Terdapat banyak penangkaran coral yang membentuk kontur pantai di sebagian sisi pulai menjadi berpetak-petak, mengingatkanku dengan Tegalalang Rice field di Ubud, hanya saja ini versi air, haha.
Menurut Mas Melki, perjalanan ke Pantai Atuh memerlukan waktu kurang lebih satu jam perjalanan naik motor dan jalan menuju ke sana masih sangat natural. Dan setelah kurang lebih setengah jam bermotor, aku pun mengerti maksud "Jalanan masih sangat natural" tersebut. Yup, jalan menuju pantai atuh merupakan jalur off road yang penuh bebatuan besar yang rontok dan bongkahan tanah keras serta lubang-lubang yang menganga. Jalurnya berliku, naik dan turun. Membuat Kang Mas menjadi super hati-hati mengemudikan motornya.
"Wah, eman-eman motornya nih!" ujarnya sembari menghindari bebatuan yang rontok.
Perjalanan makin amat sulit jika menanjak ataupun menurun. Aku sebagai penumpang dibelakang saja takut, apalagi Kang Mas yang nyetir ya? Haha. Kang Mas pun berkonsentrasi penuh agar roda motor tidak selip atau terpeleset.
Setelah menempuh semua kesulitan itu, kami pun tiba di Pantai Atuh yang...jeng... jeng... jeng... masih harus ditempuh dengan kaki lagi, menuruni lereng pulau yang terjal dengan tangga buatan seadanya. Huff.
Dengan semangat yang masih tersisa, kami pun menuruni lereng yang rasanya nggak habis-habis itu. Kurang lebih lima belas menit, kami pun tiba di ujung pulau Nusa Penida, Pantai Atuh! Itu pun hanya dilihat dari ujung tebing saja, karena kalau mau turun akan sangat berbahaya sekali!
Tapi ya, subhanallah sekali pemandangan yang disuguhkan di hadapan kami. Kalau kata Band Padi, "Begitu Indaaaaaahhhhh...."
Kami menikmati pemandangan sejenak, dan kemudian, bak Photographer Professional, Mas Melki mengeluarkan kamera Go Pro nya yang imut banget, dan mulai mengarahkan gaya kami. Cekrak-cekrek!
Pantai Atuh |
Puas cekrak-cekrek diujung sini, Mas Melki membimbing kami ke spot Pantai Atuh yang lain di dekat Rumah Pohon. Di spot ini ada sebuah Pure yang berdiri lagi-lagi di ujung tebing:
Pure-nya nyempil di belakang, haha |
Puas berfoto, kami pun menikmati Kelapa Muda yang dijual seharga Rp. 15.000,- di sana dan setelah perjuangan berat menanjak lereng pulau untuk kembali ke tempat kami memarkirkan motor, kami kembali ke Losmen. Seharusnya, setelah istriahat dan sholat ashar sebentar di Losmen, kami melanjutkan kembali perjalanan kami. Namun kok ya udah nempel di kasur, badan sulit banget untuk di ajak kompromi. Perjalanan sore itu kami cancel dengan sepihak melalui telepon ke Mas Melki agar beliau tidak datang menjemput. Untung yo Mas Melki pengertian, ngga ngomel itinerary nya di acak-acak, haha.
Keesokan harinya, tepat jam 10.00 WITA, setelah kami disuguhi sarapan Nasi Goreng yang enak banget oleh Bu Siti, Mas Melki kembali menjemput kami. Tujuan kami hari ini ada tiga, yaitu Kelingking Beach, Broken Beach dan Crystal Bay Beach.
Dengan arah yang bertolak belakang dengan Pantai Atuh, kami pun mengendarai motor kami menuju Pantai Kelingking. Perjalanan menuju Pantai Kelingking tak ubahnya dengan Pantai Atuh, hanya saja durasi perjalanan lebih cepat, tidak sampai satu jam. Setelah perkampungan habis, jalur off road kembali membentang menghadang kami. Dan jalur tersebut jelas tak lebih baik dari jalur menuju Pantai Atuh. Kang Mas kembali harus berkonsentrasi penuh mengemudikan motornya agar tidak selip atau pun terpeleset.
Setibanya di Pantai Kelingking, pemandangan spektakuler pantai tersebut langsung merebut perhatian kami. Pantai ini jauh lebih ramai dari Pantai Atuh yang bisa dibilang hampir tak berpengunjung. Menurut Mas Melki mungkin karena kita datang lebih pagi kali ini, dan jarak tempuh yang tidak sejauh menuju Pantai Atuh juga lebih memancing minat para turis.
Di pantai kelingking ada tiga spot foto yang amat bagus untuk honeymoon moment. Berikut spot-spot tersebut:
Pantai Kelingking |
Di pantai kelingking agak ngantri untuk foto-foto di spot-spot tersebut. Setelah Puas berfoto foto di Pantai Kelingking, kita pun melanjutkan perjalanan ke Broken Beach yang mana jalur menuju ke sana tingkat kerusakannya lebih parah dari yang lainnya. Selain masih teramat sangat off road, kontur jalannya pun terus menurun dan cukup tajam. Bebatuan besar bergelindingan dan berhubung cuaca terik, debu-debu berterbangan dan cukup mengganggu mata, jadi jangan lupa memakai kaca mata ya.
Tapi meski demikian, di antara pantai-pantai yang lain, aku paling suka pemangangan di Broken Beach ini. Kontur alamnya sangat unik dan indah, dan tak jauh dari sana ada Angel's Billabong yang penampakannya juga sangat unik dan cantik sekali. Menurut Mas Melki, tahun lalu Angel's Billabong masih diperbolehkan untuk dituruni, namun semenjak ada kejadian seorang wanita hanyut tertarik ombak bersar, turun ke Angel's Billabong sudah dilarang keras :(
Broken Beach |
Broken Beach |
Angel's Billabong. Ga boleh turun tapi tetap ada yang nekat :) |
Angel's Billabong |
Sebelum kembali ke losmen untuk istirahat, makan dan sholat, kami menikmati kelapa muda lagi di saung pinggir pantai broken beach ini, di sini harganya lebih mahal, per kelapa Rp. 20.000,- :(
Selepas istirahat, makan dan sholat di losmen, sekitar pukul 04.00 WITA kami melanjutkan perjalanan ke Crystal Bay Beach. Di sini kami mengincar Sun Set. Kali ini jalur menuju lokasi Crystal Bay lebih manusiawi dari yang lainnya, jarak tempuhnya pun hanya sekitar 20 menit. Pantai ini terhitung masih sangat sepi. Mungkin memang karena cuaca buruk, jadi pengunjung pulau lebih sedikit dari biasanya. Dan berhubung cuaca buruk pulalah, sun set yang kita tunggu tidak se-spektakuler biasanya menurut Mas Melki :(
Crystal Bay Beach |
Waiting for the Sun to set |
Kami menunggu sekita dua setengah jam sampai pemandangan sang mentari tenggelam tersuguh di hadapan kami. Aku ngga tahu biasanya se-spektakuler apa, tapi menurutku, apa yang kusaksikan ini adalah yang paling spektakuler, indah sekali, apalagi disaksikan bersama Kang Mas tercinta :)
Setelah gelap karena matahari benar-benar telah menghilang di telan laut, kami pun berbalik, kembali pulang ke losmen. Perjalanan pulang agak-agak spooky karena pulau yang sepi dan jalanan yang tanpa penerang. Tapi berhubung aku sama Kang Mas, aku sih bahagia-bahagia ajah. Hahaha
Besok paginya, setelah menikmati pemandangan pantai di depan losmen dan sarapan, sekitar jam 08.30 WITA kami berpamitan dengan Bu Siti sang pemilik losmen. Kami menyudahi perjalanan kami di Nusa Penida di hari Minggu pagi, tanggal 25 Desember 2016, karena Kang Mas memotong itinerary snorkeling. Seharusnya hari minggu ini jadwal kami snorkeling seharian. Setelah berkemas, kami pun diantar Mas Melki kembali ke pelabuhan untuk di antar Maruti Express kembali ke Sanur.
Perjalanan pulang dengan Maruti Express kali ini lebih baik, ombak tidak terlalu ganans, mesti tetap saja kami tergoncang-goncang. Kata penduduk sekitar, kalau pagi ombak memang lebih tenang dari pada sore hari. Selama kurang lebih setengah jam kami pun berlabuh di Pantai Sanur. Segera setelah turun, kami mengisi perut dengan semangkuk Sop Ikan Laut Mak Beng yang ternama dengan kelezatannya itu. Nyammm...
ooooh...
ReplyDeleteShare pas hari H merid nya donk kak �� plus review2 semua n poto2 nya ��
ReplyDelete